Dibongkarnya kolam alba, bukanlah akhir dari segalanya

images ( Alhamdulillah..) sudah hampir sebulan kami ( baca:                                                   santri putri )                                                                                                                                                       bertahan dalam keterbatsan kolam _istilah untuk menyebut kamar mandi_. Sejak dibongkarnya kolam alba yang merupakan salah satu program                                                   dari proyek                                                   Sanimas ( Sanitasi Masyarakat ),                                                   warga Komplek Ummu Sulaim terpaksa harus mengungsi ke kolam komplek lain, diantaranya komplek Maryam, Khodijah dan Zaenab. Untngnya masih ada alternatif lain, yakni diperbolehkannya menggunakan pendopo yang bisa dimanfaatkan untuk berwudhu, mencuci piring, bahkan mencuci baju. Pendopo bagaikan aset berharga milik alba yang kini menjadi penyelamat keadaan darurat. Selain itu, tersedia pula kolam masjid dan kolam kantor pondok putri meski terkadang krannya mati.

Kemungkinan                                                   proyek ini akan berjalan selama 3 bulan ,                                                   jelas mbak Himatul Alawiyah, ketua pondok putri, ketua mensosialisasikan program ini kepada semua santri. Beliau juga mengatakan bahwa kolam alba ( aliyah bawah; disebut demikian karena dulu madrasah aliyah berada dilantai 2, sementra kolam berada dilntai satu komplek Ummu Sulaim bawah ) akan dibangun menjadi 2 lantai, lantai bawah untuk kamar mandi sedang lantai atas untuk tempat jemuran pakaian.

Untuk membantu memperlancar proyek ini,                                                   santri diminta roan ( baca: kerja bhakti ) sesuai jadwal yang telah disiapkan. Tidak hanya santri putri, namun santri putra pun turut urun tenaga dalam pembangunan proyek ini. Dan saya sendiri sudah merasakan itu. Kebetulan kamar bahasa mendapat jadwal roan pada pukul 11.30-12.30 malam, yakni estafet mengangkut batu kerikil. Meski terlihat sepele ( mengangkut pasir, batu kerikil, batu bata, batu bongkaran bangunan, semen, dll ) tapi disinilah kami dituntut bekerja sama. Saling bahu membahu demi terbangunnya kolam alba, dengan jadwal roan siang hari sampai jam 3 pagi silih berganti.                                                   Satu hal yang pasti, semua itu hanya saya alami disisni ( roan tengah malam sambil ngantuk dan kedinginan ngringkuk ).

Ya..mungkin bersabar menjadi kata kkunci. Bertahan dalam keterbatasan air dan kolam, sampai proyek yang mendapat sumbangan senilai 400 juta dari Sanimas ini terealisasi siap                                                   pakai kembali.

^ Mundur satu langkah untuk maju seribu langkah. Kolam alba dibubrah untuk dibangun menjadi lebih mewah. So, bersabarlah… ^

Leave a Reply

4 Replies to “Dibongkarnya kolam alba, bukanlah akhir dari segalanya”

  1. Awalnya saya kaget kok di ALBA ada KOLAM ( kolam ikan ), eh ternyata kamar mandi toh. memang cuma ada di alhikmah kyaknya yang tak pernah putus membangun dan membangun fasilitas untuk santrinya. buat Al Hikmah proyek dengan jumlah rupiah ( terbilang di atas ) tidaklah heran. Tapi yang terpenting adalah bagaimana santri harus bisa menjaga kebersihan lingkungan sekitar, terutama kamar mandi yang mungkin bersihnya qlo mau ada acara – acara besar atau ada tamu kenegaraan.

    ya iya lah..masa ya iya dong!
    yupz! sudah saatnya santri sadar akan pentingnya kebersihan, jangan cuma bisa mengucapkan ‘ annadhofatu minal iman ‘ tapi juga harus diterpkan.

  2. ya bagus deh lau da pembangunan yang mensejahterakan warga alba, ku sebagai mantan warga alba 2, seneng bgt tw kabar ne…. alba….siiiip lah

    alhamdulillah,, semoga proyek ini bisa cepat selesai

  3. saya kira hanya di perumahan BTN ada elemen2 bangunan yang rusak begitu dipakai sebentar.
    ternyata di pondok juga sama. baru saja dibangun sederet kolam, secepat itu langsung rusak. seringkali saya harus celingukan gara2 kolam yang sudah tak berpintu.

    semoga tidak terjadi di bangunan baru ini

  4. wah enak no… jam ku dulu jemurannya di lantai 3 dibangungan yang belum jadi… (baca: sekarang jadi gedung MAK) sudah berapa kali baju hilang naas tersambar angin kencang yang ga toleran dengan diriku yang cuma punya baju dikit… nasib.. nasib..

Leave a Reply to novi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *