Pahlawanku, Pahlawan Kaum Wanita

width=173 Ibu Kita Kartini
Putri sejati
Putri Indonesia
Harum namanya

Ibu Kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendekar kaumnya
Untuk merdeka

…………………………

Masih ingatkah sobat akan potongan lirik lagu diatas? Ya…lagu yang menjadi jembatan memori kita akan salah satu pahlawan emansipasi wanita ini hanya kita dengar setahun sekali. Itu pun disenandungkan oleh sekolah-sekolah atau lembaga lainnya yang masih mau merayakan Hari Kartini. Perayaan yang menjadi salah satu wujud penghargaan kepada pahlawan wanita yang bercita-cita merombak perbedaan status sosial pada waktu itu, dengan semboyan,                                                                   Kita Harus Membuat Sejarah, Kita Mesti Menentukan Masa Depan Kita yang Sesuai Keperluan Kita Sebagai Kaum Wanita dan Harus Mendapat Pendidikan Yang Cukup Seperti Halnya Kaum Laki-Laki.                                                                      

Karena _kenyataannya_ memang perayaan Hari Kartini telah sepi bahkan sering kali kita _khususnya kaum wanita_ justru lupa bahwa tanggal 21 April 1879 lalu adalah hari dimana putri Bupati Jepara waktu itu bernama Raden Mas Adipati Sastrodiningrat dan cucu dari Bupati Demak, Tjondronegoro, lahir ke dunia yang telah membesarkan namanya, 131 tahun lalu.

Padahal bila kita renungkan, tanpa perjuangan RA Kartini saat menginjak dewasa yang berpandangan bahwa kaum wanita penuh dengan kehampaan, kegelapan, ketiadaan dalam perjuangan yang tidak lebih sebagai perabot kaum laki-laki yang bekerja secara alamiah hanya mengurus dan mengatur rumah tangga saja hingga beliau berhasil menyetarakan pendidikan kaum pria dan wanita, mungkin kita (baca: kaum wanita) tidak bisa menjadi seperti sekarang ini.

Mungkin pula kita tidak punya ibu ynag cerdas dalam mendidik kita, karena ibu lah guru pertama bagi putra-putrinya. Dan mungkin pula, saya tidak bisa sekolah dan mengaji sebagaimana dilakukan kaum pria. Bahkan, jangan kan menjelajah dunia maya, keluar rumah dan bergaul dengan teman sebaya pun sedikit sekali kemungkinannya.

Maka dari itu, seyogyanya kita bersyukur. Dan mari teruskan perjuangan ibunda Kartini yang telah berhasil menempatkan kaum wanita ditempat yang layak dan mengangkat derajat kaum wanita dari tempat gelap ke tempat terang benderang sesuai dengan karya tulis beliau yang terkenal berjudul,                                                                   Habis Gelap Terbitlah Terang.                                                                      

Meski kita bukan RA Kartini
Tapi mari kita coba belajar berjiwa Kartini
Tunjukan pada dunia
Bahwa wanita juga mampu berkarya layaknya pria

…………………………………………………………………………

Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia

………………………………………

Terlepas dari tulisan diatas…

Air mataku tak kuasa berhenti membanjiri pipi
Setiap kali telinga mendengar…
Mulutku bersenandung dan hati pun menghayati
Sebuah alunan nada indah dari lirik lagu
Ibu Kita Kartini
Sungguh…tak kuasa jiwa ini berbicara lagi…
Dari lagu yang terkenang sepanjang sejarah kehidupan
Abadi…dalam memori setiap wanita Indonesia..
Bahkan dunia pun mencatat riwayatnyaBukan hanya karena Dia pahlawan emansipasi wanita
Bukan hanya karena jasanya dalam kancah perjuanagn hak-hak kaum wanita
Namun, lebih dari semua itu
Berkat Dia lah wanita bisa merasakan apa yang kaum pria dapatkan
Wanita pun dapat berkreasi sebagaimana kaum pria lakukan

Ya…termasuk satu-satunya bunda yang ku miliki
Bunda yang telah melahirkan, merawat dan membesarkan satu-satunya putri yang amat dicintainya
Bunda yang senantiasa membimbing setiap hembusan napas ini menjadi berhargaYa…dialah ibunda yang hari ini, 21 April 2010,
Bertepatan dengan Hari Pahlawan Emansipasi Wanita,
Berulang tahun yang ke lima

puluh tigaSelamat ulang tahun, Bunda…
Semoga panjang umur dan sehat senantiasa
Selamat ulang tahun, Bunda…
Maaf, Putrimu belum bisa menjadi bahkan memberi kado terindah untuk Bunda…

Meski Ku bawakan segenggam mutiara
Kupersembahkan bulan dan bintang nan berkilau di angkasa
Bahkan milyaran dolar pun menumpuk untuk Bunda
Itu belum cukup membayar satu tarikan napas saat Bunda melahirkan putrimu ke dunia
Dan…

Hanya do’a yang mampu ku panjatkan
Ya, Allah…
sayangilah Bunda sebagaimana Bunda menyayangi hamba…

Postingan terkait:

http://damaibersamamu.rumahtulis.com/2010/04/21/baru-ini-yang-saya-tahu/

Leave a Reply

7 Replies to “Pahlawanku, Pahlawan Kaum Wanita”

  1. yupz!!!jaman sekarang lumayan banyak orang yang g inget tentang hari2 besar. emang sih peringatan hari kartini ga terlalu wah di mata khalayak ramai, tapi kan seenggaknya sebagai bangsa indonesia yang juga cinta indonesia mesti tau hari yang bersejarah…apalagi anak mudany, udah jauh dari rasa nasionalisme, malah ikutan aliran barat….

  2. jgn lupakan semangat para pahlawan wanita, perjuangannya mungkin beda tapi tetap pertahankan semangat juangnya

    yupz! tentu dong…!
    terima kasih atas kunjungannya..

  3. dan biasanya,
    tanggal 21 April malah dihambur2kan dengan sewa kostum adat (yang mahal) demi sekedar seremoni setengah hari,

    atau lomba memasak.

    lha kan paradoks,
    Kartini dulu berharap wanita Indonesia ndak cuma macak (dandan) dan masak, je..

    ya..begitulah..keadaan sekarang..
    terkadang mereka salah mengartikan..makna emansipasi itu

  4. duh blognya bagus postingannya banyak lg g spt Q bingung mau di isi apa

    ah…ini tidak lebih bagus dari blog pemula.
    saya yakin emboy bisa berkreasi lebih dari ini.
    salam
    terima kash atas kunjungannya.

Leave a Reply to caride Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *