Diary Garuda 2: Kampus Ungu, Saksi Bisu Tangis Bahagia Pejuang Malhikdua

Posting. Ya, itulah kata pertama yang terlintas di pikiran Pemred selepas membuka mata, bangun dari tidurnya.

Hmm…tak sabar rasanya jemariku berceletuk dan menari diatas keyboard tuk menuliskan semua yang terlintas di otakku, gumamnya.

Benar saja, jam 6 pagi ia sudah duduk manis di warnet samping kost-kostannnya, setelah mandi pagi dan pamitan pada Bu Ita. Namun, chat dengan sobat-sobat mayanya membuat 9 judul tulisan yang telah disiapkannya semalaman hanya terposting 1 saja. Tak mengapa, itu tak membuatnya kecewa. Toh, masih banyak waktu., pikirnya.

Dua jam kemudian,

Aduh, Damai, cepetan siap-siap! 5 menit lagi kita berangkat. Makan dulu sana, tu sama Mbak Oktav diatas., sambut                                                   Pimpinan Umum diteras depan.

Iya, bu, jawabnya singkat dengan muka memelas.

Melihat yang lain tak sabar menunggu, sarapan ia hentikan pada suapan sendok ke-5. Dengan diantar motor Beat hitam, mereka pun menuju Kampus Ungu. Tak lama mereka duduk di Ruang Citra AMIKOM,                                                   Duta Malhikdua yang sedang PKL di Jogja membuntuti dari belakang. Lebih dari puluhan siswa berseragam putih abu-abu memadati ruangan dan menambah jatah snack yang disediakan panitia, karena sebenarnya undangan hanya untuk dua orang.

Setelah melewati beberapa susunan acara, tibalah saatnya puncak penganugrahan hasil Lomba Website SLTA Tingkat Nasional. Dan,

MA AL Hikmah 2 sebagai juara 2 Lomba Website sekolah Tingkat Nasioanal

Gemuruh tepuk tangan audience mewarnai kebahagiaan mereka. Inilah puncak kerja keras redaksi yang lembur berminggu-minggu, jungkir balik mengatur strategi, bahkan pontang-panting Tim Sukses yang tak kenal mati. Inilah bukti jawaban do’a mereka. Dan inilah hasil target Pemred yang selama ini diusahakannya sepenuh hati.

/Walau bagaimana pun jua, Malhikdua harus puas juara 2. Kampus ungu menjadi saksi air mata kebahagiaan yang sudah diterka Pemred sebelumnya.

Apa pun hasilnya saya siap. Itulah janji saya pada diri sendiri., bisik nalurinya menguatkan hati yang sedikit kecewa dengan apa yang baru saja dialaminya. Bukan kecewa karena juara 2, melainkan kegagalan misinya tuk menyampaikan pada dunia bahwa Santri juga mengenal IT, menepis semua anggapan miring bahwa santri itu katro dan bagaikan katak dalam tempurung. Ya, isi hati belia yang kini sedang mempersiapkan diri tuk SOP-nya minggu depan ini tak tersampaikan karena sambutan hanya diberikan untuk juara pertama.

Tangisnya semakin menjadi ketika pihak sekolah meminta mereka untuk pulang malam itu juga. Kondisi badan yang kurang fit ditambah suasana hati yang belum stabil membuatnya bungkam seribu bahasa dan pasrah menerima apa adanya. Apalagi kesempatan berdiskusi dengan aktivis kampus UGM dan UNY yang dulu                                                   juga aktif dalam berbagai organisasi di Malhikdua, belum terlaksana.

Huhfff………sabar dan ikhlas, bathinnya bersua.

Alhamdulillah, Allah mndengar suara hati hambanya. Tiba-tiba pihak sekolah mengcancel dan mengizinkan mereka pulang besok pagi dengan pertimbangan khawatir dengan barang bawaan karena hadiahnya terbilang berharga bila pulang malam, disana jugahujan lebat, apalagi keduanya perempuan.

Sontak Pemred lari keluar dengan sepeda mininya Bu Uun yang sangat ingin ia naiki. Nostalgia, katanya. Karena dua tahun sudah ia tak naik sepeda, padahal dulu, kemana pun kakinya melangkah tak luput dari ayunan sepeda. Ia beranikan diri menelusuri kota jogja sendirian jam 9 malam, tanpa tahu arah dan tujuan. Untungnya, ia bisa kembali ke kost-kostan tanpa tersesat dijalan.

Belum puas memfreshkan pikiran,                                                   ia masuk warnet dan menjelajah dunia maya sampai jam 11 malam. Bahkan gerbang kost-kostan yang tutup jam 10 malam pun tak ia hiraukan. Lalu, bagaimana ia bisa masuk dengan gerbang yang terkunci?

Postingan terkait:

Diary Garuda 1: Pejuang Malhikdua Road                                                   TO Jogja

Diary 3: Lambaian Sampai Jumpa Tuk Jogja

Leave a Reply

5 Replies to “Diary Garuda 2: Kampus Ungu, Saksi Bisu Tangis Bahagia Pejuang Malhikdua”

  1. Wuih, jadi mau komentar karena penasaran baca ttg Kampus Ungu…

    Tak apalah saat ini blm bisa pidato kemenangan. Pasti lain waktu bisa, makanya Pemred ttp semangat ya dalam melakukan regenerasi utk adik2 kelas di Malhikdua. Biar cita2 menyampaikan profil Santri di dunia luar ttp bisa dilakukan di kemudian hari. Yoo..ayo lanjutkan! :-)

    terima kasih, atas kunjungannya…

  2. tulisan ini bener bener berasa….,,, gak nyangka kamu bisa senekat ini naaak demi mengejar cita cita dan imipan…sukses selaluw buat kamu…. doaku selalu meneyrtaimu :)

    terima kasih,

Leave a Reply to anistok Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *