Pondok Pesantren yang berdiri di atas tanah seluas + 1 hektar ini beralamat di Desa Jumoyo Kidul, Kec. Salam, Kab. Magelang. Meski sudah berusia 10 tahun pada 11 Januari lalu, namun tetap belum berani memasang papan nama.
Pasalnya, pengasuh pondok yang biasa dipanggil Pa’e, belum berani mengklaim bahwa itu pondok pesantren karena satpras belum memenuhi target, meskipun pemerintah setempat sudah mengakuinya lebih dari itu pesantren ini juga hidup berdampingan dengan panti asuhan yang menampung anak-anak terlantar. Maka dari itu, Pa’e sering kali menyebut santrinya sebagai manusia-manusia antik. Selain berlatar belakang yang beraneka seperti anak yang dibuang oleh orang tuanya, anak yang tidak diinginkan kelahirannya, anak dari hasil hubungan tidak halal, dsb. Meski ada juga anak yang normal dan berasal dari keluarga baik-baik, santri Nurul Qur’an ini memang memiliki 1001 keunikan yang berbeda dari kebiasaan anak pada umumnya. Wah rasanya tak dapat saya sebut satu per satu.
Hebatnya, untuk mengurusi ratusan santri Pa’e tidak pernah mengajukan bantuan lewat proposal. Justru sebagian besar biaya hidup mereka ditanggung oleh Pa’e. Padahal Pa’e tidak memiliki bisnis lain selain koperasi kecil yang dikenal dengan nama Al-Maidah.
Kalaupun ada yang mau menjadi donatur, beliau sangat hati-hati untuk menerimanya. Dan beliau tidak akan membiarkan sepeserpun rizki masuk ke dalam perut santrinya tanpa predikat halal dan barokah. Karena di pondok Salafiyah ini semua santrinya wajib menghafal Al-Qur’an, sehingga dikhawatirkan rizki yang tidak halal dan barokah dapat mempengaruhi hafalan dan ibadah mereka dan menjadikannya sia-sia.
Waw ! keren emang !
Huzz ! harusnya mengucap kalimat toyibah Masya’ Allah .
Ingin tahu lebih dalam tentang keunikan pondok yang pengurusnya hanya 5 orang ? ikuti lanjutan ceritanya !
Yukzzz !
Leave a Reply