Kidal Justru Diimpikan

Saya shock ketika melihat kawan semeja di kelas yang tidak bisa menulis dengan tangan kanan. Awalnya saya kira dia bercanda. Namun setelah ia mengoper pena ke tangan kiri dan mulai menggoreskannya diatas kertas, terbentuklah huruf demi huruf, kalimat demi kalimat yang tertulis rapi dan indah. Seketika itu juga saya berteriak, OMG!.

Bisakah Anda menebaknya apa yang saya maksud?

Ya, dia kidal.

Tiga puluh tahun lalu para orang tua mungkin akan sedikit kecewa dan tidak senang ketika mempunyai anak kidal. Namun dijaman modern ini justru para orang tua di beberapa negara maju lebih senang dan sangat menginginkan anaknya mempunyai bakat kidal.

Kenapa?

Banyak orangtua di tahun 70-an dan 80-an yang keberatan anaknya kidal sehingga memaksa anaknya yang kidal untuk dapat menggunakan tangan kanan. Tak jauh beda dengan kawanku itu yang pernah berkali-kali diikat tangan kirinya semasa kecil dalam proses belajar mengajar di sekolah. Tak lain agar tangan kanannya yang bekerja. Menulis, bersalaman, makan, menerima sesuatu dari orang lain, hingga menggambar dengan pensil 2B sebagai salah satu hobinya.

Tetapi sekarang diketahui bahwa orang kidal lebih unggul dalam berbagai bidang dibanding orang normal.

Menurut Scientific American, ada sekitar 15 persen orang yang aktif menggunakan tangan kiri atau kidal. Alasan tidak sepenuhnya jelas, tergantung pada campuran faktor geneik dan lingkungan.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Neuropsychology menunjukkan bahwa orang kidal lebih cepat memproses beberapa rangsangan ketimbang orang yang menggunakan tangan kanan. Hal ini juga membuat orang kidal lebih kreatif.

Penelitian yang dilakukan di Australian National University (ANU) tampaknya mendukung studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa kebiasaan menggunakan tangan kanan atau kiri ditentukan sejak dalam rahim.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang kidal lebih cepat dan kreatif karena menggunakan kedua belahan otaknya, berbeda dengan orang yang terbiasa menggunakan tangan kanan yang hanya menggunakan otak kiri.

Kedua belahan otak sebenarnya hampir sama, dan sebagian besar untuk memproses informasi yang sama, dengan data lewat bolak-balik di antara keduanya terutama melalui jalur saraf utama.

Sebaliknya tugas-tugas tertentu, seperti pengolahan bahasa, cenderung terjadi pada satu belahan saja. Bagi kebanyakan orang, pengolahan bahasa terjadi di bagian kiri. Untuk orang kidal, tugas-tugas tersebut mungkin terjadi di kedua belahan otak.

Bidang keahlian lain adalah pengolahan data indra, biasanya data yang dikumpulkan di sisi kanan tubuh, seperti mata kanan, telinga kanan, dan lainnya, akan menuju ke belahan kiri untuk pemrosesan. Dan sebaliknya, data yang dikumpulkan di belahan kiri akan menuju belahan otak kanan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa orang kidal yang terbiasa menulis dengan tangan kiri mungkin memiliki otak yang lebih kondusif untuk simultan atau rangsangan dan pengolahan di kedua bagian otak. Orang kidal lebih mudah menggunakan kedua belahan otak untuk mengelola rangsangan, sehingga keseluruhan proses dan waktu respon lebih cepat.

Ini juga bisa berarti bahwa ketika salah satu belahan otak mendapat kelebihan beban dan mulai melambat, belahan otak lain bisa lebih mudah memilih mengisi kekosongan itu.

Para pakar juga berteori bahwa orang kidal memiliki mental lebih baik saat di usia tua dan saat proses otak secara keseluruhan mulai melambat. Orang kidal cenderung lebih atletis, memiliki kesadaran yang lebih spasial dan berpikir lebih cepat. Juga dua kali lebih terampil dalam pemecahan masalah dan memiliki IQ lebih tinggi dari orang yang aktif dengan tangan kanan.

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Dr. Alan Searleman dari St. Lawrence University di New York, menunjukkan bahwa orang kidal mampu mendukung sisi kiri tubuhnya untuk semua kegiatan fisik. Sedangkan Guardian UK berpendapat bahwa orang dengan tangan kidal relatif lebih cerdas dari pada bukan kidal. Orang Kidaljuga                          lebih mudah mengontrol emosi dibandingkan bukan kidal (National Geographic).

Jika memang demikian kenyataannya, pantas saja kalau ibu-ibu modern di Amerika saat ini 120% ingin anaknya kidal karena berbagai kelebihannya.

Saya juga membuktikan sendiri bagaimana kawan saya menuangkan ide-idenya dalam sebuah lukisan yang sangat indah dan bermakna. Jika ada kesempatan, insyaallah nanti saya share di episode selanjutnya.

Leave a Reply

3 Replies to “Kidal Justru Diimpikan”

  1. bermain dengan data neh ceritanya.

    sayang ga disebut kalau mayoritas kaum gay alias maho bertangan kidal :)

    mungkin karena saking kreatifnya sehingga berani melawan arus.

    padahal mencintai lawan jenis kan nikmat..

    ya gak

    ^_^

Leave a Reply to novi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *