Jurnalistik, Nu Aing!

Jurnalistiiiikkk                                        .!!!

NU AING!!!

JURNALISTIIIKKKK!!!

NU AING!!!

Begitulah sekelumit potret semangat maba (baca: mahasiswa baru) jurusan jurnalistik yang bernanung dibawah fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gudung Djati Bandung, dalam prosesi OPAK 2011.

Sempat tersentak dan sedikit shock melihat antusias dan kekompakan alumnus juga para pembesar Junrnalistik yang terkenal mental supernya.

Super ramai, super heboh, super kocak, super pede, super solid, super tangkas, super berani, super sabar, super jeli, dan super-super lain yang mengakar dari turunan pertama generasi mereka.

Ok. Perkenalkan ini alumnus dan mahasiswa jurnal dari angkatan 2006 sampai sekarang hadir menyambut kalian. Mari kita salami mereka dengan kode berikut. Kalau urang bilang Jurnalistik! sok barudak (kawan; bahasa Sunda) jawab Nu Aing! Ok?

Yuk, kita coba ya! Jurnalistikkkk!

NU AING!

Heboh panitia OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik) saat Pengenalan Fakultas di kampus utama, Cibiru.

Sejenak tertegun sembari mendekap kedua kaki dengan kedua tangan mungilku. Merapatkannya ke dada, seperti orang menggigil. Posisi duduk tanpa kursi. Beralaskan karpet hijau ciri khas warna bangunan UIN.

Meski mata tak berpaling dari panggung utama, memperhatikan setiap gerik dan patah kata yang terucap dari para senior. Tapi pikiran menerawang jauh menembus pengapnya ruangan dan gaduhnya suasana.

Berada ditengah-tengah mereka bagaikan mimpi disiang bolong. Kiri kanan saya orang asli Sunda yang bahasanya bak planet Mars, masih sangat sulit saya pahami. Adapun yang luar daerah mungkin bisa dihitung jari. Termasuk diri ini yang berkampung halaman nun jauh diseberang pantai Cilacap, Jawa Tengah.

Tak heran jika banyak yang bertanya, Cilacap itu Jawa apa?. Terkadang juga timbul tenggelam perasaan minder, canggung, dan pede yang bersemayam.Kikuk sekali. Saya ini siapa?

Tak pernah terbayang akhirnya bisa kuliah. Meski tak berhasil masuk PTN favorit, meski banyak guru yang kecewa dengan jalan saya sekarang, meski keluarga tak begitu lega mendengar saya disini, bahkan meski kawan seperjuangan pun shock karena menyayangkan saya terperosok. Tapi bagi saya ini adalah anugrah.

Ya, sepanjang riwayat keturunan keluarga, baru saya yang berhasil tembus PTN. Tanpa bermaksud sombong, karena memang tak ada yang bisa saya sombongkan. Hanya ingin melegakan hati. Mensyukuri apa yang saya genggam sekarang. Membesarkan jiwa dengan belajar menerima keputusan-Nya. Sembari terus berusaha untuk memberi yang terbaik bagi mereka.

Sekarang bukan saatnya saya menyesali apa yang terjadi. Sudah saya ikrarkan, dimana pun kaki saya berpijak, disanalah saya akan berjuang hingga titik darah penghabisan. Tak peduli orang berkata A-Z                          tentang konyolnya pilihan saya. Karena apa jadinya saya itu ada ditangan saya sendiri.

Cukuplah mereka melihat dan berkomentar. Semoga saya bisa membalas dengan memberikan secercah senyum dan wujud mimpi yang sedang saya tempuh jalannya.

Ya, harusnya saya bangga. Sejatinya, jurnalistik memang pilihan saya.

JURNALISTIK!!!

NU AING!!!!

Leave a Reply

3 Replies to “Jurnalistik, Nu Aing!”

  1. Tak peduli orang berkata A-Z tentang konyolnya pilihan saya. Karena apa jadinya saya itu ada ditangan saya sendiri

    kaulah yg menjalani roda kehidupanmu, bukan mereka, saya atw org sekitrmu. tancapkan tekad, trus berusaha dan berdoa.
    percayalah pada dirimu dan terus berjuang, OK! ^_*

    OK! Thanks a lot for your visiting

Leave a Reply to Pencerah Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *