Surat untuk Suamiku

Dears, My Beloved Honey

 

Bila semilir angin sore membelai mesra daun telingamu, sayang..

Itulah titipan tiupan kasih dari lubuk hati terdalam

 

Pejaman bola mata indahmu sembari meresapi kecupan sayang sang senja

Berharap rasakan hangatnya pelukku, meski sepintas fatamorgana

Sayang,

Sedang tersenyumkah Kau disana?

Semoga sapaku pada bintang malam, senantiasa menyemai dan mengindahkan mimpimu

 

Maafkan daku, Kasih..

Maafkan belai semu ini

Bukan kehendak hati tuk tak-mungkinkan berikan kecupan

Bukan pula niatan busuk tuk permainkan

Hanya saja ruang dan waktu seolah usil mengganggu

Menghalangi sekerlip bayang merajut kebersamaan

Dalam indahnya cinta nan halal

 

Satu yang kutahu,

Kau pria setia, suamiku

Mustahil rasanya hatimu kan mendua

Bak merpati yang mengikat janji

Dirimu yakinkan cinta kita kan abadi

 

Bila kini Kau terpesona cantik parasku

Berjanjilah tetap cinta walau keriput pipi jelas terlukis nanti

 

Andai baik hati yang Kau temui,

Semoga Kau pun siap mengubah cacat sikap yang mungkin belum Kau lihat

 

Kiranya cerdas yang Kau tangkap dariku,

Bersiaplah tak lelah mengajari, kala tulalit menjugde otakku berpenyakit

 

Jika ramah yang pernah Kau tahu,

Biasakan dirimu saat angkaraku mencabik tak terkendali

 

Bila nyaman yang Kau dapat dari sisi jiwa ini,

Berikrarlah tetap setia kala galau meracau justru menjamumu setiap waktu

 

Suamiku,

Kuyakin Kau cintai segudang kelebihan yang katamu melekat padaku

Namun, yakinkan diri ini bila segunung kekurangan pun siap kau terima apa adanya

 

Bila memang ada yang lebih dariku, kewajibanmu tuk mengimbangi

Bila ada yang kurang darimu, tugasku tuk melengkapi

Pun berlaku sebaliknya

 

Sayang,

Perahu kehidupan akan terus berlayar

Akan berlabuh, singgah, dan berhenti dimana bahtera ini

Ada ditangan nahkoda keluarga

 

Mari,

Kita tapaki bersama

Dalam bingkai cinta hakiki

 

Puisi ini saya dedikasikan untuk pemberi cincin     emas putih yang cantik, :)

Puisi ini juga bisa Anda baca di Suaka

 

width=169

Leave a Reply

2 Replies to “Surat untuk Suamiku”

  1. hah? nikah kok ndak ngundang – ngundang ? emng kapan nikahnya? wah wah waaaah…

    :) nampaknya hujan badai yang membuat cuaca ekstrem jadi penghalang sampainya surat undangan. wkwkwkkwkw…

  2. maaf bro, dari panitia memang tidak mengundang tamu dari kalangan artis. takut harus ijin keramaian dulu ke polres.

Leave a Reply to Saif Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *