From FLP, Flows to The World

Perdana. Sekali lagi, saya tegaskan ini kisah perdana.

Bila berlagak backpacker tanpa segepok sangu di dompet unyu-unyu itu sudah berkategori lumrah dalam keseharian gadis mungil satu ini, kali ini menjadi hal baru dan amat unik untuk direkap kembali lewat tarian manis jemari imut ini.

Kenapa?

Betapa tidak. Bisa sahabat Garuda bayangkan betapa letihnya mengukur panjangnya rel kereta api yang mengangkut ribuan penumpang dari Bandung menuju kota pelajar, Yogyakarta. Ya, sejak 23 Februari kemarin, Rabu malam tepatnya, saya beserta kesepuluh kawan dari Komunitas Anak Tangga jurusan Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung, bersemangat 45 menghadiri sebuah agenda dua-tahunan yang ber-basecamp di Kampus APMD Yogyakarta. Barangkali sahabat pernah mendengarnya, itulah Jagongan Media Rakyat 2012.

Selama tiga hari, dimulai jam 7 pagi hingga jam 9 malam, saya dan kawan-kawan mengikuti rundown acara yang bisa dibilang sukses melelahkan jiwa raga, tapi tetap menyenangkaan da .

-Singkat cerita, seluruh jiwa raga saya dan kawan-kawan habiskan disana. Beruntung, meski tak ada kepastian tempat penginapan, masih ada link yang siap mengulurkan tangan. Mereka memang hanya sahabat-sahabat yang kadang bertemu di jalan, sekedar kenal lewat dunia daring, meski tak menutup peluang satu dua memang sudah berkerabat sebelumnya. Tapi apa pun statusnya, satu hal yang pantas diajungi 4 jempol adalah loyalitas dan solideritas, serta tingginya kasih sayang pada sesama, yang telah mengantar kesebelas pasukan KTA (Komunitas Anak Tangga) ini lolos survive di Yogyakarta tanpa tendensi money kembali.

Ah.. terlalu banyak cerita nan ber-value untuk dikupas dalam postingan ini, kawan..

POV _Point of View_ dalam tarian lentik jemari ini saya kembalikan ke tema utama. Anggap saja sisipan kisah di Jogja tadi sebagai pemanasan.

Pemanasan?

Ya, pemanasan dalam menulis serentak FLP di seluruh dunia dalam rangka Milad FLP yang ke-15 di Aula Apung, Universitas Indonesia.

Sejauh mata memandang, dibalik jendela kaca yang mengelilingi gedung yang terapung ini, hanyalah alunan suara air danau nan hijau. Disinilah, anggota FLP di seluruh dunia sedang menuangkan segala isi otak dan hati mereka dalam bentuk untaian kata (baca: tulisan), via HP, Laptop, atau apa pun gadgetnya. Setelah satu jam, tulisan itu akan di-postkan directly ke jejaring sosial yang secara otomatis tershare ke seluruh anggota FLP di manapun mereka berada.

Menyambung pemanasan jemari tadi _meski sebenarnya tidak nyambung_, saya yang baru tiba dari Jogja (dalam rangka JMR 2012) tak elak mengikuti alunan kata hati dan pikiran yang tak sabar menyentil ingin turut memeriahkan. Meski saya sadari tak ada persiapan alur sebelumnya, tapi kunci utama menulis yang pernah saya dapat dalam suatu pelatihan Tulislah apa yang kamu pikirkan, bukan pikirkan apa yang hendak kamu tuliskan, menjadi pedoman yang memandu kesepuluh jemari ini menari.

Fantastis!

Letih yang sungguh tak dapat ditutupi dari balutan kerudung hijau _perdana_ ini lenyap seketika. Lebur dalam rasa syukur yang tak terkira karna saya bisa hadir ditengah-tengah penulis hebat dan generasi penerus bangsa yang siap mengguncang dunia dengan karya dahsyatnya.

Heum… Adzan dhuhur sudah berkumandang. Pertanda tulisan ini harus segera diakhiri.

Baiklah, kawan. Meski titik akan mengakhiri postingan ini, tapi semangat menulis kita tak boleh lekang oleh batas ruang dan waktu.

The last, dari lubuk hati terdalam saya mengucapkan,

Happy Milad FLP yang ke-15

Semoga kian hebat guncanganya dengan karya terdahsyat di seluruh penjuru dunia.

    width=169

Leave a Reply

2 Replies to “From FLP, Flows to The World”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *