Menanti Terobosan PLN untuk Penghuni Kosan

Menarik. Lomba blog bertajuk Harapan Untuk PLN seakan menjadi ajang penyampaian aspirasi masyarakat terkait pelayanan dan kinerja perusahaan yang menyediakan kebutuhan penerangan ini. Terlebih hadiah Motor yang menjadi magnet lomba, kian menarik perhatian publik untuk ‘mengarungi dua pulau, sekali dayu’.

Menjadi tak heran jika saya, dan ratusan blogger lain berpartisipasi meramaikannya.

***

Menyebut PLN, bak buah bibir yang senantiasa menjadi primadona anak kos seperti saya. Ini fakta, hampir setiap sore sepulang ngampus, saya selalu tergiur untuk turut bergabung memperbincangkan lakon satu ini.

Bukan keburukan PLN yang menjadi angle cerita, memang. Tapi overall, saya mewakili anak kos di daerah Cibiru (Bandung) dan sekitarnya, tersirat harapan besar pada PLN dalam kisah itu.

Begini, PLN yang terhormat. Agaknya kurang etis jika saya mengupas keseluruhan perbincangan itu dalam tulisan ini. The maint point, berdasar keterangan sesama anak kost, banyak sekali kebijakan pemilik kos yang kurang bijak terkait pembayaran listik, termasuk kost yang saya tempati.

Aturan pembayaran berlaku tanggal 1-9 tiap bulan, dengan rincian sebagai berikut:

  • Air+Lampu kamar –> Rp 15 ribu
  • Setrika –> Rp 10 ribu
  • Laptop (atau Notebook) + Printer –> Rp 15 ribu (tanpa printer pun tetap dihitung Rp 15 ribu)
  • Rice Cooker –> Rp 7.500
  • TV –> Rp 5 ribu
  • Dispenser –> Rp 5 ribu
  • Radio –> Rp 5 ribu
  • Teman kos menginap -> Rp 20 ribu/malam
  • Barang-barang yang belum tercantum, akan diatur kemudian.

width=227Maka, jika setiap anak kos membawa semua perabot di atas, total biaya listrik yang harus dibayar tiap bulan adalah Rp 77.500,-. Jika pun tidak, tinggal diseuaikan dengan jumlah barang. Setidaknya biaya pokok 15 ribu untuk air+lampu kamar wajib dibayar. Bukankah itu bukan nominal yang kecil untuk anak kost yang belum bisa menghasilkan uang sendiri?

Parahnya, jika masa liburan tiba dan anak kos mudik ke kampung halaman, biaya listrik tetap ditagih 50% dari pembayaran sebenarnya. Jika pembayaran total Rp 77.500 maka harus tetap dibayar Rp 38.500,- /bulan. Pembayaran ini, menurut pemilik kos, dianggap beban listrik yang tetap nyala meski tidak dipakai.

Pertanyaan saya kemudian, logiskah perhitungan tarif di atas?

Saya dan kawan-kawan yang bernasib sama (karena ada beberapa kos yang beda kebijakan terkait listrik), sudah kehabisan akal untuk menyampaikan aspirasi kepada pemilik kost. Sudah tak tahu lagi bagaimana memberi pengertian kepada pemilik kos terkait solusi terbaik. Bukan karena saya atau kawan senasib tidak mau berpikir, tapi rendahnya pengetahuan pemilik kos seolah menjadi dinding besar yang menghalangi tumbunya kesadaran akan perhitungan yang benar untuk tarif pembayaran listrik.

width=231Pemilik kos yang, maaf, mayoritas sudah berusia lanjut, masih menggunakan cara kolot untuk menghitung. Mereka merasa lebih tahu dari anak-anak kos berumur kencur seperti saya. Maka tak heran jika angka-angka yang muncul diatas hanya berdasar perkiraan sepihak dari pemilik kost. Padahal jika menggunakan perbandingan pemakaian listik keluarga besar tetangga, yang hampir semua alat elektronik itu ada: lemari es, mesin cuci, TV besar, laptop, printer, rice cooker, blender, oven, dispenser, mesin air, lampu lebih dari 5 satu rumah, dll, hanya satu dua yang mengatakan biaya listrik perbulan mencapai lebih dari 70 ribu. Lalu bagaimana mungkin pemakaian seorang anak kost yang hanya tinggal dalam sepetak kamar, perbulan harus membayar Rp 77.500,-?

Kesalahan memang terletak pada kebijakan dan kekukuhan pemilik kost. Namun, sekali lagi, hal itu terjadi karena kurangnya pengetahuan mereka terkait tarif listrik yang sesungguhnya dan bagaimana perhitungan rinci pemakaiannya.

Untuk itulah, saya dan kawan-kawan senasib, sangat berharap PLN bisa sesekali memberikan penyuluhan permasalahan ini. Syukur pisan bisa continue. Barangkali, jika PLN yang langsung turun tangan untuk membeberkan kebenaran tarif listrik pada para pemilik kost (yang notabenenya memang orang-orang era 1950-an), mereka mau berevaluasi dan membenahi kebijakan yang kurang bijak itu.

Bukan saya tak mau membayar sesuai ketentuan atau menyepakati kebijakan pemilik kost, tapi saya hanya iba dengan sikap dzolim mereka. Misal ternyata tarif listrik per kamar rata-rata hanya Rp 30 ribu/bulan, kemanakah uang Rp 47.500,-/bulan itu? Itu baru perorang, bagaimana jika satu desa saja ada sekitar 100 kamar? 47.500×100=4 juta 750 ribu.      Itu baru perbulan, lalu berapa      keuntungan pertahun yang masuk ke kantong pemilik kos? Silahkan dihitung sendiri.

Jika saya tetap diam setelah gagal bermusyawarah dengan pemilik kos, sama saja saya membiarkan korupsi terselubung. Membiarkan pemilik kost melakukan kedzoliman bertahun-tahun terhadap anak-anak kos, meski mungkin tanpa mereka sadari. Maka lewat tulisan ini, saya sangat berharap ada tindakan nyata dari PLN untuk membantu menyelsaikan masalah ini.

***

width=160Disisi lain, sejujurnya saya mengapresiasi perkembangan kirnerja PLN dari masa ke masa. Mulai tekad melistriki pedesaan, meningkatkan pelayanan, mencari solusi untuk menghemat energi, dll. Meski itu semua belum maksimal. Karenanya, saya dan seluruh warga Indonesia akan lebih senang tentunya, jika PLN terus berinovasi, memperbaiki manajemen, dan menjalankannya sebaik mungkin.

Dengan manajemen yang baik, tentu pengelolaan perlistrikan ini juga akan baik. Hingga tak ada lagi istilah byar-pet, tak ada lagi pemadaman bergilir tanpa info yang jelas, tak ada lagi kebakaran disebabkan konsleting listrik, tak ada lagi cibiran-cibiran masyarakat terkait pelayanan PLN yang kurang baik terhadap publik.

PLN juga perlu terus berinovasi, agar ke depan bisa memanfaatkan sumber energi yang ramah lingkungan seperti air, matahari, udara, bahkan sampah. Agar dapat menghemat biaya bahan bakar, sekaligus mengurangi efek global warming.

Inovasi dan menejemen yang baik tidak akan berjalan, jika para aktor di dalamnya tidak mengoperasikan sesuai amanah. Hanya KKN dan kebobrokan kinerja yang akan dihasilkan, jika pihak-pihak yang menjalankan PLN tidak segera berbenah untuk beritikad bekerja sebaik mungkin, sesuai dengan manajemen yang telah dibentuk, untuk mencapai tujuan bersama sesuai motto PLN: Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik.***

Ilustrasi dari sini dan situ.

Leave a Reply

26 Replies to “Menanti Terobosan PLN untuk Penghuni Kosan”

  1. Klo terus2an bgini, 180 derajat bisa2 kamu lbh konsen mikirin tarif bulanan kos ketimbang materi kuliah :P

    smg tulisanmu terbaca dg baik,

    syukur2 para aparat terkaitnya bakal 180 derajat bakal bantuin mikir buat anak2 cerdas kya kmu :D

    maju terus indonesia!

    1. hihihi… makasih, mang. iya nih. bete diusilin ma pemilik kos yg gokil, jadi sekali2 perlu bergokil ria. mumpung momentnya pas. hihih… makasih dah berkunjung, jangan kapok ya.

  2. PLN., kalau kinerja buruk sering dicaci., meski kinerja baik jarang dipuji..
    hehehe., memang sudah sewajarnya kalau setiap pihak bekerja dengan baik sesuai dengan bidangnya..

  3. wah, mahal banget tuh Mae. Kalo di Jogja aku pakai komputer, laptop, rice cookier, air dll cuma bayar Rp. 25.000/bulan.
    Di Jogja paling mahal buat bayar listrik tuh kayaknya cuma sekitar Rp. 50 perorang.
    Btw, nice info.

  4. emang koq ibu kos tu bagai monster dari kutub utara yg memiliki taring panjang berbadan besar berkaki dan tangan penuh duri.

    ngomong2 soal pengalaman neh. saya sampe ga mau nginap lagi di kosan teman. bayangin. masa saya harus bayar 25rb untuk nginap semalam. alasannya seh untuk listrik dan air.

    ga mikir apa saya cowok. jelas jarang mandi. dan itupun cuma duduk2. krn ga bisa tidur. cowo ketemu cowo ya begandang.

    Sekali lagi buat ibu kos. #gotohell. #pemalakberbajupolkadot.

    Ya Allah, Lindungi aku dari godaan ibu kos yang terkutuk

    1. hahah… disini kalo nginep 20 ribu per malem. ternyata ada yg lebih mahal, 25 ribu. :P jahat amat nih julukannya, tapi emang bener sih. hehe

  5. Biuh…, sepetak kamar biaya listriknya per bulan sampai Rp 77.500??
    Apakah tarif listrik di tempat kos yang lain juga rata-rata segitu, Mbak Damae? Saya pikir, pemilik kos ketika membayar total tagihan ke PLN, tentu akan tahu bahwa selisih dari pembayaran listrik anak kos akan besar sekali.

    1. ya memang begitu, pa. :) malah ada yang laptop doang 20 ribu. ah, pokonya menyiksa sekali. :)

      terimaksih telah berkunjung, :)

  6. hehe memang iya ada pemilik kost yang sistem biaya utk listriknya seperti itu, dan ini sebenarnya merugikan anak kost

    kalau setiap kamar kontrakan ada rekeningnya satu2 lebih asyik apalagi dg sistem pulsa :)

    1. ya, begitulah memang. sangat merugikan. :) betul, tapi baru satu dua yg memberlakukan sistem pulsa.

  7. Waduh … kalo liat tarif yang seperti itu, saya cuma bisa bilang: koq keliatannya pemilik kos mengambil keuntungan dari tagihan listrik ya? bukannya ditanggung bersama ck ck ck …

    ya itu karna mereka kurang wawasan dan kesadaran terkait pembayaran listrik yg benar. :) terimaksih atas kunjungannya,

  8. memang kebijakan seperti itu memberatkan anak kost ya mbak. semoga pemilik kostnya baca artikel ini trus bisa lebih bijak …
    semoga sukses dengan lombanya mbak …

  9. benar-benar perhitungan dan matre…sekalian ja nafas di kosan dibebani biaya. wah kalau di mesir biaya kos cukup 250 pounds atau 400rb, udah apartemen baru, fasilitas kaya kompor gas, kulkas, pemanas air Dll, disediakan tuan rumah, dan deket sama taman Al-Azhar, pas buka balkon kamar,,pemandangan hijau yang menyejukan mata. wah pak RTnya mesti mengumpulkan bapak kosnya supaya diberi penerangan mengenai biaya kosnya..haraus transparan,,

  10. Gak ada sama sekali discountnya ya? Padahal pemakaian selalu naik. Kalau kita belanja saja semakin banyak semakin besar discountnya! #Tepokjidat

  11. Kalau di tempat saya urusan listrik dan air diserahkan ke anak kos. Jadi pemilik rumah kos memiliki dua buah meteran listrik. Satu untuk pemilik (1300W – kelas R1) dan satu lagi untuk anak kos (1300W – kelas B1). Masalah bayar membayar, anak kos sendiri yang mengurus. Biasanya satu bulan seluruh kamar (13 kamar) habis 450ribu. Tinggal dibagi sesuai barang bawaannya. Paling mahal pun sekitar 45ribu (bawa TV dan komputer). Sisa pembayaran listrik buat beli gas kalau ada yang mau masak atau dibelikan makanan untuk dimakan bareng-bareng di teras tengah kos.

  12. Syub-hat soal hitungan listrik (jg tagihan air) perbulan di tiap kamar kost menjadi langkah penghambat pertama membuat kost belasan kamar, krn dalam mencari rizqi harus (wajib) yg halalan-thoyiban (tdk zholim mkn harta orang, apalagi harta dari yg haram).

    Lantas apakah sy harus bt kost kecil max 5 kmr dgn tarif adil tiap anak kost yg menentukan besarannya biaya yg dipakai ditanggung bersama-sama, hemat borosnya mereka pakai listrik&air mereka yg tentukan tentu hak masing2 anak harus mendapat hak yg sama krn semua biaya bulanan ditanggung bersama, jd adil soal biaya tagihan listrik&air terhitung jelas.

    Semua penghuni dalam satu rumah kost itu bersepakat bersama setuju dgn aturan yg dibuat pemilik kost yg mau menerapkan azas keadilan ini agar masing-masing anak kost saling rela/ikhlas soal besar kecil pemakaian bersesuaian dgn hak yg mereka terima secara adil krn jumlah biaya bulanan ditanggung bersama. Soal hak ini cukup penting supaya semua mendapat porsi hak yg sama.

    Krn sy bukan electrical graduate hanya bisa berharap agar ada breakthrough dan inovasi dari PLN utk create alat khusus (MCB rating khusus) bt pengusaha kost yg memiliki puluhan kamar kost dgn machine penghitung teknologi baru penghitung biaya pemakaian listrik tiap2 kamar, apakah bisa jg utk menghitung biaya pemakian air tiap kamar yg memiliki toilet inside, pertanyaannya apa bisa itu para sarjana ahli dibidangnya menciptakan kedua alat tersebut? Sy rasa bisa, bisa. Antusias sy penuh harap kpd PLN dan Perusahaan air negara.

  13. itu mah masih mendingan di bandingin kosan gue, kosan gue mah listrik dan airnya sebulan bisa sampai 192rbu -___- padahal alat listrik di kamar cuma TV, Kipas angin, dispenser, rice cooker, setrika, printer, laptop dan handphone. biaya termurah yang pernah saya bayar selama ngekost yah 78rbu itupun tinggal di kosnya cuman 10 hari doangg -___-

    wah wah wah, mahal banget itu mbak. dimana itu?
    harus ada upaya konkrit untuk mencari solusi terbaik ya mbak. biar anak kos tidak dizolimi terus

Leave a Reply to cumakatakata Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *