Merutuki Hujan

merutuki hujan
Source: Here

“Hujan. Huhf.. Kenapa harus turun sekarang?”, dia tak berhenti merutuki anugrah langit yang baru saja turun. Memang, kadang aku juga kesal dengan makhluk bernama hujan ini. Selain menghambat aktivitas, hujan juga pandai menyayat hati. Tapi untuk kesempatan satu ini, aku bersyukur.

Bersyukur, karena hujan ini membuatku lebih lama melihat kerlingnya. Lebih lama menatap punuk pipinya. Lebih lama menikmati tingkah lucunya. Lebih lama bergurau dan mencubitnya. Lebih lama mendengar suara imutnya. Lebih lama membersamai dia, meski tak lebih dari sekedar œabang.

Aduuh, gimana ini, bang?” Aku harus pergi sekarang, tapi rengekan macam inilah yang selalu membuatku rindu. Rindu untuk melihat dengan jelas gigi kelinci yang tersusun rapi. Kuakui dia tidak cantik. Tubuhnya juga tidak aduhai. Tapi senyumnya, beuuuuh Bikin jantung mau lepas. Suer.

Eum.. Kita tunggu saja sebentar lagi. Kalau sampai jam 5 bis belum datang, aku antar kamu pulang”, sebenarnya ini modus. Tapi, ya, mau bagaimana lagi.

“Tapi, bang.. Aku..”, wajahnya memelas. Aku tahu masih ada satu kegiatan yang harus dia hadiri sore ini. Maklum, aktivis. Tapi rasanya sangat tidak lucu kalau kedatanganku dari luar kota hanya untuk dia, selalu saja terganggu segudang alasan.

“Iya, kegiatanmu tidak jauh lebih penting dari…”, belum selesai aku bicara, dia meloncat-loncat kegirangan. Dengan mata berbinar, dia mengoyak-ngoyak bahu kananku sembari berteriak.

Wah! Bang, itu bisnya, bang! Itu bisnya!”, aku menoleh. Keutuhan keyakinan itu perlahan terbelah. Hingga berkeping-keping.

“Aku cabut dulu ya, bang. See you”, tanpa sempat membalas sepatah kata pun. Dia berlalu. Bis melaju kencang merajai jalanan. Meski sekelebat, kutahu tangannya sempat melambai dari sebalik jendela. Tentu dengan seberkas senyum khas.

Dan aku, masih geram. Geram akan hujan yang tak bisa kupukuli.

Aku ingin Kau tetap tinggal. Menggengam jemariku disini. Aku ingin Kau tak melambai. Tetap menggenggam jemariku disini.

Tapi kutahu pintaku melukaimu. Melukai kebebasan yang Kau mau. Kebebasan dari bayang ikatan. Akan cinta dan masa depan.

 Meski Kau tahu. Dan kuyakin Kau tau. Aku mampu memberimu bahagia,. Lebih dari kebebasan.

Leave a Reply

One Reply to “Merutuki Hujan”

Leave a Reply to Hanna Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *