Ada Apa dengan Jurnalistik? #1

Ada apa dengan Jurnalistik? Sejak pertama kali menyandang status mahasiswi Jurnalistik 2011 lalu, pertanyaan itu selalu mengitari otak saya. Hanya saja, kondisi baru mendukung sekarang untuk membedah apa dan mengapa tentang hal ihwal pertanyaan itu. Maka bagi siapa pun pembaca tulisan ini, semoga dapat memahami dengan kacamata bijak. Meski semua yang terungkap barangkali tak lebih dari sekedar #CelotehDamae.

Akhir-akhir ini saya terbengong-bengong. Mencoba mengurai dan menemukan maksud tertepat dari orasi seorang Pamong Praja Jurnalistik. Begini katanya,

Pokoknya, apa pun kehebatan anak Jurnalistik di luar sana, mau jadi duta ini duta itu, kalau dia tidak berkontribusi pada kegiatan jurnalistik di kampus, maka jangan pernah anggap dia anak Jurnalistik.

Kira-kira begitu terjemahannya, karena saat itu ia berbahasa Sunda.

Memang, tak ada yang tahu siapa anak Jurnalistik yang ia maksud. Namun pertanyaan yang langsung menusuk jantung dan tak sabar terlontar: Kontribusi macam apa yang dimaksud? Bukankah keaktifan mahasiswa di luar kampus itu sama artinya ia mengenalkan Jurnalistik kampusnya pada dunia luar? Bukankah hal itu jauh lebih sulit dari pada sekedar menjadi panitia kegiatan milad Jurnalistik (misalnya) ? Atau memang kontribusi yang dimaksud itu hanya terbatas pada kegiatan internal Jurnalistik? Jika benar begitu, maka siapa sebenarnya yang lebih pantas untuk tidak dianggap?

Sayang, semua urung terucap bersamaan dengan ludah asam yang terpaksa tertelan.

Sampai saat ini pun, saya masih belum bisa menemukan jawabannya. Hanya saja, saya merasa menjadi sasaran tembak semua kalimatnya. Meski baru sekedar perasaan, tapi bukti-bukti terkuat mengarah pada diri ini. Jika Anda bertanya, siapakah anak Jurnalistik yang aktif di luar? Maka saya menjawab, banyak sekali dan saya termasuk salah satunya. Lalu jika Anda bertanya, siapa anak Jurnalistik yang tidak berkontribusi pada kegiatan Jurnalistik di kampus? Maka saya pun akan menjawab: saya lebih sering meninggalkan agenda-agenda Jurnalistik di kampus untuk kepentingan lain.

Menjodohkan pengakuan saya dengan pernyataan pamong praja tadi, maka layakkah saya untuk tidak dianggap sebagai bagian dari keluarga Jurnalistik? Entahlah. Sebaiknya saya tidak berprasangka.

Namun barangkali akan lebih membuat semua pendengar orasi itu nyaman, jika Pamong Praja memperhalus dan memperjelas maksud kontribusi itu. Atau jangan-jangan hanya saya yang risau akan ucapan itu, karena bisa jadi saya yang paling merasa bersalah akan tudingan itu. Atau… bisa jadi pernyataan itu sengaja dikeraskan agar membuat saya risau.

Sekali lagi, entahlah…

Leave a Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *