Sederet Ulangan Bikin Tidak Nafsu Makan? Ini Solusinya!

stressSepekan terakhir ini mahasiswa di Bandung, khususnya UIN Bandung, sedang disibukkan dengan demam UTS (Ulangan Tengah Semester). Ada yang baru mulai, ada yang hampir selesai. Meski pada kalender akademik biasanya diberi tenggang waktu 2 minggu, namun pada praktiknya dosen mata kuliahlah yang memiiki kewenangan khusus untuk mengatur.

Dari semua UTS yang telah 5 kali saya ikuti (sekarang semester 5), UTS kali ini saya rasa paling menyiksa. Bukan hanya tingkat kesulitan soal, tapi tugas-tugas yang mengekor sebelum dan selama UTS diselenggarakan itu seakan tak ada habisnya. #Lebay

Jika dikelompokkan, tugas yang diberikan itu hanya dua: tugas kelompok dan tugas individu. Tugas kelompok yakni tugas yang dikerjakan oleh lebih dari satu orang (lazimnya, 1 kelompok terdiri dari 2-5 orang). Sedang tugas individu, jelas, dikerjakan masing-masing.

Tugas kelompok biasanya hanya PRESENTASI. Namun sebelum presentasi, mahasiswa harus melakukan rangkaian tugas lain:

  • Menetapkan tema (biasanya sudah diatur oleh dosen)
  • Pengumpulan bahan: penelitian ke lapangan & referensi dari literatur
  • Penyusunan bahan: dalam bentuk makalah & ppt
  • Presentasi

*Tugas kelompok di Jurnalistik (sem 1-5):

  • Penelitian Antropologi Budaya (Kampung Naga, Tasikmalaya)
  • Penelitian Komunikasi Lintas Budaya (Kampung Sinaresmi, Suka Bumi)
  • Penelitian Tasawuf 1 (Kampung Pengemis, Bandung)
  • Penelitian Tasawuf 2 (Komplek Saritem, Bandung)
  • Kunjungan Komunikasi Politik (Mahkamah Konstitusi, Jakarta)
  • Kunjungan Bahasa Jurnalistik (Surat Kabar Bandung Ekspress, Bandung)
  • Kunjungan Jurnalisme TV (masih dalam rencana)
  • Liputan Feature
  • Liputan Jurnalisme TV
  • Studi Kasus Ilmu Politik, Etika-Filsafat Komunikasi, dll
  • Dll

Sementara tugas individu, sesuka hati dosen mau menginstruksikan apa. Di jurusan Jurnalistik yang saya geluti, tugas individu tampak lebih beragam dibanding jurusan lain. Jika di jurusan lain lebih sering diberi soal take home (meski tidak semua), maka di Jurnalistik bisa berupa (sem 1-5):

  • Membuat buku autobiografi (minimal 125 hal)
  • Membuat buku hasil penelitian
  • Mengirim surat pembaca, artikel, berita, dan hasil liputan lain ke media
  • Hunting foto sesuai ketentuan jenis-jenis fotografi, foto jurnalistik, dan jurnalisme foto
  • Penulisan berita untuk media cetak & elektronik
  • Praktik jurnalisme radio
  • Analisis koran, tabloid, majalah
  • Dll

Saya rasa di semester 5 paling menyiksa, barangkali karena waktu pemberian tugas agak tumpang tindih dibanding semester sebelumnya. Satu belum kelar, sudah datang lagi. Yang ini belum dikerjakan, sudah ditambah lagi. Atau barangkali saya sendiri yang kurang pandai memenej waktu, hingga banyak yang tumpang tindih dan serasa memberatkan pundak.

Efeknya, sudah sepekan ini saya tidak doyan makan. Suer, sob. Bukan hanya nafsu makan berkurang, tapi beneran tidak doyan makan. Sudah lembur hampir tiap malam, ditambah sariawan, ditambah tidak doyan makan. Ya sudah, makin kuruslah saya. :( #LebayLagi #Heuheu

Nah, tadi malam saya menemukan cara jitu untuk mengatasi hal ini. Apa itu?

Makan makanan yang paling disukai!

Untuk anak kos seperti saya, mendapati makanan yang paling disukai tidaklah semudah tinggal di rumah sendiri. Selain masalah budget, tentu pertimbangan proses memasaknya yang bikin mundur duluan.

Tapi, demi ingin bisa makan, saya memutar otak agar bisa menemukan alternatif lain. Kesukaan saya adalah udang, biasanya dioseng dengan cabai hijau atau dimasak saus tiram. Gegara di warung makan daerah kosan hampir tidak ada yang jual, saya putuskan alternatifnya adalah ayam penyet.

ayam penyetSatu kenikmatan yang membuat saya berubah pikiran saat makan ayam penyet: ayam ini serasa udang! Sungguh. Padahal saya tidak berkhayal makan udang saat makan ayam. Saya hanya mencoba merelekskan pikiran dan bertekad bisa makan.

Ternyata, makanan yang disukai itu bisa jadi bergeser maknanya menjadi makanan yang dimakan dalam keadaan suka (senang, gembira, rasa syukur). Bukan semata faktor makanannya yang memang disukai oleh kita.

Meski akhirnya tidak habis nasi sepiring kecil, hanya beberapa suap yang masuk lantaran sariawan tidak tertahankan, tetap saya syukuri. Setidaknya setelah seminggu sering membuang nasi yang basi di ricecooker, ada juga yang bisa tertelan.

Nah, sob, pernah mengalami stress akibat rentetan tugas & ulangan? Bagaimana solusimu, sob? Yuk, berbagi disini.

*Ini baru UTS, gimana kalau UAS? Nah loh!

**Gambar diambil dari sini dan sana

Leave a Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *