Baru Mau – Ruang Sederhana

Baru Mau

akan hujan
Source: Here

Kau tahu sebentar lagi akan hujan, kan? Kenapa malah menjemur pakaian?

Aishh.. Kau lagi. Kau lagi. Tidak bosankah menguntitku saban hari? Benar-benar kerjaan tidak mutu.

Apa? Menguntitmu? Bah! Apa kau lupa kalau aku ini Angin? Bahkan tanpa menguntit pun, aku bisa melihatmu dimana pun dan kapan pun. Dan satu lagi, kau bilang ini kerjaan tidak mutu, memangnya kau pikir hari-harimu selama ini bermutu, hah?!

Ah.. Sudah kuduga. Kau hanya datang untuk mengomel. Pergilah. Aku tidak butuh celotehmu.

Ouch.. Siapa juga yang mau berceloteh denganmu. Buang-buang waktu saja. Masih mending diingetin mau hujan, harusnya berterima kasih. Ini malah sewot.

Mau hujan? Kau bilang ma-u hu-jan. Bukankah mau hujan tidak selalu berarti akan benar-benar hujan? Jadi sampai hujan itu benar-benar turun, aku merasa tidak ada yang salah dengan jemuran ini.

Apa?

Bahkan jika pun hujan datang, aku yakin mentari tidak pergi. Dia hanya tertutup awan, sampai hujan berhenti turun. Jika pun mentari tak muncul setelahnya, aku tetap merasakan dia hadir melalui pelangi. Dan, sekali pun hujan tidak berhenti sejak pertama turun, pasti ada alasan mengapa Tuhan mengaturnya demikian.

Lagi pula, kalau aku tidak jadi menjemur sekarang apakah hujan tidak jadi datang? atau hujan tetap akan datang? bisakah kamu menjawabnya?

Maksudmu?

Ya. Artinya..

Huaa..! Hujan benar-benar turun. Tuh, kan?! Apa kataku? Pertanda alam tidak mungkin salah!

Biarkan saja dia turun. Aku percaya ini tidak lama.

Apa? Ssshh.. Kau ini benar-benar percaya diri. Sayangnya itu juga jadi kelemahanmu.

Lho?! Lho?! Apa ini? Hujan ber-berhenti?

Hhmm.. Sudah kubilang, hujan datang itu bukan berarti mentari pergi. Seperti dirimu, yang tak terlihat bukan berarti tak terasa, Angin.

Leave a Reply

2 Replies to “Baru Mau”

Leave a Reply to damai_wardani Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *