Segulung Kertas

Segulung KertasAaarghh.. Pegal, pegal pegal! *kretek-kretek*

Hei, darimana saja kamu? Tumben jam 10 malam baru pulang.

Besok saja introgasinya. Ngantuk. Capek.

Aishh.. Aku menunggumu sedari senja belum tiba. Sampai hari hampir berganti aku masih di sini, dan sekarang kamu menyuruhku pergi begitu saja?

Iya. Kenapa? Sudah sana pulang, pulang, pulang! Siapa suruh Angin nunggu aku.

Tch.. Benar-benar ini anak. Minta di..

Apa? Minta di-apa?

Tunggu-tunggu. Apa itu? Gulungan kertas apa itu?

Oh, ini? Kamu mau? Nih, ambil!

Penganugerahan.. Ckckckck.. Wuaaaaw!!!

Puas? Sudah sana pulang! Aku mau tidur.

E..e..e.. Wait! 1 menit!

Apalagi sih?

Kamu mengajukan diri atau diajukan?

Diajukan.

Apa yang akan kamu lakukan setelah ini?

Tidur!

Maksudku, dengan penghargaan ini?

Tidak ada. Dengan atau tanpa penghargaan, aku tetap akan menjadi diriku. Dengan atau tanpa penghargaan, aku tetap akan berkarya semampuku, setulus hatiku. Dengan atau tanpa penghargaan, bukan jaminan aku menjadi sebenar-benar manusia.

Bukankah penghargaan, prestasi, atau apa pun namanya, sama sekali tidak bernilai jika hanya mendapat pujian dari orang lain? Sebenar-benar penghargaan, senyata-nyata prestasi, itu muncul ketika kita berkarya dari hati.

Good night.

Hmm, night too. Thanks. *mengangguk pelan, menyelimutiku, lalu pergi*

Refleksi Penghargaan Jurnalistik Idol UIN Bdg, Sabtu (26/4/2014).

Leave a Reply

2 Replies to “Segulung Kertas”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *