First Birthday is My First Journey

Source: Here
Source: Here

Berkisah tentang first journey, sejatinya aku tak tahu kapan dimulai. Makna journey, petualangan, perjalanan, atau apa pun namanya, kerap kali merujuk pada ‘bepergian’. Mengunjungi suatu tempat yang belum pernah didatangi, mendapat pengalaman yang mengesankan di luar rumah, atau tertantang untuk menempuh kata ‘jauh’.

Semula aku pun berpikiran sama dengan Anda, terobsesi kata ‘jauh’. Journey identik dengan pengalaman menantang yang selalu memacu adrenalin untuk menaklukkan. Journey memang diksi yang pas untuk perjalanan mengalahkan jarak. Journey juga tepat untuk menggambarkan robohnya dinding ketakutan dalam petualangan.

Tapi bagiku, first journey is my first birthday; first birthday is my first journey. Ulang tahun pertama adalah petualangan pertamaku. Terdengar aneh? Bagaimana mungkin ulang tahun pertama justru menjadi pengalaman first journey?

Entahlah.
Aku hanya merasa betapa menakjubkannya dunia, ketika aku mendapat ucapan ‘selamat ulang tahun’ kali pertama. Menakjubkan karena pada usia perdana itulah, aku belajar menginjak tanah.

Tertatih, merayapi dinding, terjatuh, mengaduh, bangkit lagi, menapak lagi, tertatih lagi, begitu seterusnya. Tak kenal lelah. Tak tahu malu. Sesekali menangis jika terjatuh, tapi tak butuh 5 menit sudah tertawa. Justru kelucuan saat merangkak jalan itu seperti lawakan gratis untuk keluarga.

Itulah proses belajar jalan pertama selang 12 bulan hari kelahiran. My first journey.

Itulah masa dimana aku menganggap semua yang kulihat adalah raksasa. Jemariku kira-kira 4x lebih kecil dari jemari ibu. Kepalaku tampak 3x lebih kecil dari kepala ayah. Tubuhku.. Ah, mungil sekali. Begitu pun ranjang tidurku, kamarku, rumahku, dan semua yang kulihat, seolah berukuran amat besar. Persis imajinasi tentang para raksasa yang sering kudengar dari dongeng ayah.

Itulah masa perdana ku menginjak punggung ayah dengan kedua kaki, menjajagi seisi rumah dengan kedua kaki, mengitari halaman dengan kedua kaki, meraba jalan depan rumah dengan kedua kaki; yang tegak berdiri.

Itulah masa ketika jemari mungilku memetik kuntum mawar kesayangan ibu, jemari mungilku mencampur semua makanan dalam satu piring, jemari mungilku mencecer mainan seisi kamar, jemari mungilku asik mengobrak-abrik tumpukan buku ayah; ah.. sungguh kenakalan yang menyenangkan.

Bahkan mungkin lebih menyenangkan dari belajar naik sepeda pertama. Lebih berkesan dari naik bis, kereta, kapal laut, atau pesawat kali pertama. Lebih keren dari menjelajah semua pulau di Indonesia. Lebih amazing dari menaklukkan puncak gunung atau membelah samudra. Lebih unforgettable dari keliling semua negara di 5 benua. Bahkan lebih wow dari semua journey yang paling wow.

Bukankah yang pertama biasanya paling susah, paling berkesan, paling tak terlupakan?

Dari bisa berjalan kali pertama itulah, petualangan hidupku dimulai. Dari menapak di atas dua kaki seraya tegak berdiri itulah, aku siap melangkah kemana pun mata angin tertuju. Dari jejak pertama yang kupijak itulah, aku mulai menoreh sejarah untuk mengarungi dunia. Ya, jejak pertama selang 12 bulan kelahiran, adalah saat my first journey dimulai.

*
Manusia tidak punya kesempatan untuk latihan sebelum menyusuri kehidupan
Manusia juga tidak kuasa meramalkan kejadian 1 detik, 1 menit, 1 jam, atau 1 hari kemudian
Maka terpeleset, tersandung, terperosok, terjatuh,
bisa saja terjadi

Tapi..
Tuhan menjanjikan “kesempurnaan hidup”
bagi manusia yang mau terus berjalan
Meski terpeleset lagi, tersandung lagi, terperosok lagi, terjatuh lagi,
Teruslah berjalan
—(petikan puisi “Sempurna” by jalandamai.com)—

Tulisan ini disertakan dalam GA My First Journey Wanderer Silles

Leave a Reply

One Reply to “First Birthday is My First Journey”

  1. kreatif pilihan kisahnya, lebih humanis, tidak mengada-ada. yang terdekat kalau diangkat jauh lebih menarik. tidak muluk2. tanda dirimu termasuk orang yg mudah bersyukurl.

    semoga sukses langkahnya

Leave a Reply to Yusuf Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *