Opik #5: Wanita Kuat itu…. – Ruang Sederhana

Opik #5: Wanita Kuat itu….

Sedikit flashback, sob. Dulu, sebelum Islam dikenalkan Baginda Rosul Muhammad saw, wanita itu seperti ‘rongsokan’ di mata lelaki Jahiliyah. Wanita jadi pemuas nafsu, jadi ‘babu’, jadi istri, jadi ibu, juga jadi korban kebiadaban lelaki. Paling miris bila seorang wanita harus menyaksikan bayi perempuannya dikubur hidup-hidup, karena tradisi lelaki Jahiliyah menganggap bayi perempuan itu hanya ‘beban’.

PADAHAL ISTRINYA KAN WANITA!!! (geram). Kebayang, sob, betapa kuatnya wanita yang mampu bertahan hidup di zaman Jahiliyah.

Bersyukurlah wanita setelah Islam masuk tanah Arab, Rosul mengajarkan bagaimana Islam sangat memuliakan seorang wanita. Islam menjunjung tinggi harkat dan martabat wanita hingga Rosul berkata ‘ibumu, ibumu, ibumu, bapakmu’. Tiga kali penyebutan ‘ibumu’ cukup menguatkan kewajiban anak untuk menghormati ibu lebih dulu, baru bapaknya. Kita tentu tidak asing dengan: surga di bawah telapak kaki ibu, bukan? Nah!

Namun kemuliaan seorang wanita di Indonesia tidak serta merta mulus seperti zaman Rosul. Kisah perjuangan RA Kartini tentu bukan fiksi. Ia mengangkat harkat dan martabat wanita yang derajatnya di bawah lelaki, hingga sejajar dalam segala aspek kehidupan (terutama pendidikan). Pahlawan emansipasi wanita, begitu ia disebut, memperjuangkan wanita Indonesia agar bisa sekolah layaknya pria. Agar bisa membaca, menulis, berhitung, dan menimba segala ilmu pengetahuan seperti pria.

Tentu tak perlu kuurai panjang, kiprah RA Kartini yang sebagian terangkum dalam “Habis Gelap, Terbitlah Terang” membuktikan kalau dia berhasil menjadi wanita kuat.

Buah perjuangan Kartini dinikmati seluruh wanita Indonesia hingga detik ini. Wanita bisa sekolah setinggi sekolahan lelaki, wanita bisa bekerja setinggi pekerjaan lelaki, wanita bisa menjadi apa pun yang mereka mau, bahkan wanita bisa menjadi pemimpin bagi semua lelaki di Indonesia -seperti Mantan Presiden RI Megawati Soekarno Putri.

Namun, benarkah para wanita itu benar-benar “kuat”? Lalu, apakah emansipasi wanita telah menyulap semua wanita Indonesia menjadi wanita kuat? Tapi mengapa masih ada dan selalu saja ada TKW yang dianiaya -pulang tinggal nama? Ada saja remaja putri diper*o*a dan dibunuh dengan sadis? Tak terhitung juga jumlahnya wanita yang bunuh diri karena patah hati. Bahkan, ibu yang tega mencekik bayi sendiri hanya demi ‘harga diri’ dan ‘ekonomi’.

Semua pertanyaan itu mengerucut: seperti apa sejatinya wanita kuat itu?

Wanita kuat itu, menurutku, sob. Menurutku, lho, ya. Adalah wanita yang hatinya terkoyak Kora-Kora tapi menganggap itu baru pemanasan. Yang hatinya diombang-ambing seperti di atas Pontang-Panting tapi dia bilang: itu hanya tersandung kerikil.

Yang hatinya disentak dari atas tanah hingga ketinggian puluhan meter dalam sedetik, mengawang di titik itu, lalu dihentakkan ke tanah lagi dalam satu tarikan napas; dan dia justru tersenyum. “Seperti naik pesawat jet pas berhenti di awang-awang”, katanya sembari melepas sabuk pengaman Histeria.

Wanita kuat itu, yang sempat mengucurkan keringat dingin, desiran darah berdegum kencangnya jantung, merambat gemetar dari ujung jari tangan hingga kaki, saat menyaksikan putaran Halilintar. Tapi begitu ia selesai menaiki sendiri, hatinya justru lega tak terkira. Ia luapkan segala kesal, kecewa, sakit, derita, dan sesal di hati lewat teriakan histeris di tiap putaran roda secepat halilintar. Dari permukaan datar, merambat naik, memuncak, turun, menukik, terbalik, datar lagi, miring kanan, miring kiri, terbalik lagi, naik lagi, turun lagi, sampai di pemberhentian: datar; ia bersorak: yeay!

Tak kapok di situ, dia malah tertantang dengan Tornado. Hatinya mantap menguji nyali untuk diterpa badai tornado yang sensasinya ‘wuaw’! Bayangkan dikoyak di awang-awang seperti layang-layang yang talinya dimainkan oleh sang pemilik di atas tanah. Segala rasa bercampur di sana. Tapi begitu badai selesai, dia justru ketagihan!

Nah, ibaratkan saja Kora-Kora, Pontang-Panting, Histeria, Halilintar, dan Tornado itu adalah wahana untuk menguji hati wanita di kehidupan nyata! Wahana yang bisa berupa masalah di keluarga, lingkungan, sekolah, tempat kerja, bahkan dengan dunia hatinya sendiri. Dunia hati yang lebih misterius dari segitiga bermuda, lebih mistik dari alam gaib. Paling tidak, jika dia berhasil, begitulah wanita kuat (menurutku).

Menurutmu, sob? Wanita kuat itu….

Leave a Reply

One Reply to “Opik #5: Wanita Kuat itu….”

  1. saya lebih melihat itu bukan pertanda kekuatan, tapi keberanian dalam memutuskan hal baru, memulai sesuatu yang selama ini ditakutkan.
    contoh paling umum berapa banyak orang yang takut berbisnis sampai dengan perhitungan ini itu. takut rugi, dsb. Padahal yang paling penting dalam berbisnis bukan bisnis apa, tapi bisnis yang langsung dimulai.

Leave a Reply to R Yusuf Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *