Angkot dan Cabai Pasca-BBM Naik

1. Tarif Angkot

Sejak bbm naik, ongkos angkot naik 1000 untuk tiap rute. misal Cibiru-Caheum dari 4000 jadi 5000, malah banyak yang mintanya 6000 pake maksa dan bertengkar dulu ama supirnya. Yang paling nyebelin itu kalau jarak dekat, sekitar 2-6 menitan perjalanan. Biasanya cuma 1500, paling mahal 2000. Sekarang? Wajib 3000! Bahkan 1 menit pun sama, bayar 3000!

Padahal, logikanya, bensin cuma naik 2000, kalau sehari 1 angkot habis 20 liter misal, kan nambahnya 2000 dikali 20, sama dengan 40.000.

Lha, lha kalau penumpang tiap hari ada 100 orang, tiap penumpang nambah ongkos 1000, berarti jumlah tambahan uang masuk 100.000 dong. Dikurangi kebutuhan bensin 40 ribu, sisanya 60 ribu. Kalau gitu, siapa yang paling rugi?

Penumpang! Mereka yang masih sekolah, kuliah, kerja pabrik, karyawan toko, pedagang pasar, ibu rumah tangga, sampai nenek-kakek yang nggak punya kerjaan. Mereka itu yang naik angkot dan mereka yang paling rugi. Termasuk aku di dalamnya.

2. Harga Cabai

Harga kebutuhan yang langsung melonjak itu cabai! Di pasar berkisar 70-90 ribu. Aku biasanya beli ngecer di warung, 500 perak masih dapat sekitar 20 biji. Sekarang ngecer 1000 cuma dikasih 5 biji! Malah kalau warungnya pelit, 2000 itu 5 biji!

Kebayang kan gimana nyeseknya anak kos? Masak sendiri tujuannya biar ngirit, eee, malah tambah boros kalau 2000 baru dapat cabai 5 biji. Tapi kalau pun beli makanan matang, tetap jatuhnya lebih boros sih.

Oya, soal makanan matang terutama yang membutuhkan cabai, aku jadi penasaran gimana cara pedagang muterin uangnya. Kalau cabai asli 90 ribu per kilo, pasti rugi banget kalau pakai asli semua. Apalagi sementara ini, sementara lho ya, harga jual makanan itu masih ajeg. Hanya ada beberapa trik, seperti mengurangi takaran: sayur 3000 biasanya 3 sendok, sekarang 2 sendok ajah!

Parahnya, seminggu terakhir ini aku jarang masak. Seringnya beli makanan matang. Dan, perutku bermasalah banget sepekan ini. Munyel-munyel sakitnya sampe ke ulu hati. Aku nggak tahu sebabnya, karena gejala sakit yang kurasain beda dari sakit yang selama ini kuderita.

Apa ini indikasi kalau cabai yang dipakai pedagang makanan itu cabe-cabean?

CategoriesUncategorizedTags

Leave a Reply

One Reply to “Angkot dan Cabai Pasca-BBM Naik”

  1. dulu saya ga pake nulis-nulis ginian.
    tapi langsung turun ke jalan. walau masyarakat mencibir yg bikin macet lah. yg anu lah. bahkan teman2 yg lainpun cuma tepuk tangan menonton. tapi selagi mahasiswa, rasanya tak ada hal lain yg pantas dilakukan selain demo.

    nilai bagus, skripsi sukses, aktif di organisasi, tapi blm pernah aksi dijalan… hmm

    *sensor*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *