Kutulis ini bersama hujan. Yang teramat lebat. Petir menggelegar dan saling bersahutan. Terasku basah, bahkan agak banjir. Beruntung tak ada jemuran hari ini, jadi tak perlu bergegas menaiki tangga seksi ke lantai 3. Jalanan lengang. Senyap. Sesenyap deretan kost di samping kamarku. Semua mengunci pintu juga jendela. Tak berani menatap apalagi menikmati hebatnya anugrah langit, yang memberkahi bumi ini. Continue reading “Australia, Impian Usia 23”
Celoteh Angin 3: Kehilangan
œHai, kenapa kamu menangis? akhirnya dia datang. Angin. Dulu aku pernah bilang kalau sahabat yang selalu ada itu dia. Ya, angin. Meski kadang kedatangannya hanya menjaili, tapi dia tidak pernah menyakiti. Continue reading “Celoteh Angin 3: Kehilangan”
Merutuki Hujan
“Hujan. Huhf.. Kenapa harus turun sekarang?”, dia tak berhenti merutuki anugrah langit yang baru saja turun. Memang, kadang aku juga kesal dengan makhluk bernama hujan ini. Selain menghambat aktivitas, hujan juga pandai menyayat hati. Tapi untuk kesempatan satu ini, aku bersyukur.
Bersyukur, karena hujan ini membuatku lebih lama melihat kerlingnya. Lebih lama menatap punuk pipinya. Lebih lama menikmati tingkah lucunya. Lebih lama bergurau dan mencubitnya. Lebih lama mendengar suara imutnya. Lebih lama membersamai dia, meski tak lebih dari sekedar œabang.
“Aduuh, gimana ini, bang?” Aku harus pergi sekarang, tapi rengekan macam inilah yang selalu membuatku rindu. Rindu untuk melihat dengan jelas gigi kelinci yang tersusun rapi. Kuakui dia tidak cantik. Tubuhnya juga tidak aduhai. Tapi senyumnya, beuuuuh Bikin jantung mau lepas. Suer.
“Eum.. Kita tunggu saja sebentar lagi. Kalau sampai jam 5 bis belum datang, aku antar kamu pulang”, sebenarnya ini modus. Tapi, ya, mau bagaimana lagi. Continue reading “Merutuki Hujan”
Puisi Lelah
Lelah
Aku lelah
Lelah aku
Aku lelah aku
Lelah
Aku lelah
Lelah aku
Lelah aku lelah
Aku
Lelah
Diam
œSusah memang menjelaskan ini. Atau memang susah mengobrol denganku? nadanya naik. DO. Wajahnya memerah. Geram. Barangkali dia marah. Ah.. Ini bukan pertanda lagi. Tapi memang IYA. Dia marah. Continue reading “Diam”
Dari Street Food Hingga Pujasera
Malam belumlah larut saat langkah kecil saya menyusuri taman paling ramai di The Heroes City. Selain nafsu traveling yang memang belum terpuaskan, saya penasaran dengan street food yang berpusat di Taman Bungkul, taman paling ramai itu. Sembari melepas penat setelah bertugas di The Sister City of Singapura ini, mata terus mengamati tiap tenda yang berjajar. Tapi, hey! Tunggu! Continue reading “Dari Street Food Hingga Pujasera”
Indosat Super Wifi, Anugerah Terindah untuk Mahasiswa
Secarik kebahagiaan tersirat dari roman mahasiswa UIN Bandung, khususnya Fakultas Dakwah & Komunikasi. Pasalnya, kehadiran Indosat Super Wifi di kampus yang sedang menggalakkan rekonstruksi ini bak oase di padang pasir. Lebih dari sekadar bermanfaat, koneksi internet gratis dari provider papan atas ini juga berhasil membuat iklim perkuliahan kembali sumringah. Continue reading “Indosat Super Wifi, Anugerah Terindah untuk Mahasiswa”