Artikel – Page 3 – Ruang Sederhana

KOMA 2013, FANTASTIS!

posterIni dia Promo FANTASTIS untuk Kegiatan Orientasi Mahasiswa Anyar (KOMA) JURNALISTIK 2013. Dalam 3 hari, peserta tercatat 100% ikut, 80% membeli formulir, dan 30% LUNAS.

Kok bisa?

Hasil “ngimpleng” (baca: semedi) saya setiap jam 12 malam, memcetuskan beberapa sistem promo yang cetar membahana badai. Sampai saya kewalahan untuk menjawab kicauan MABA saat Grand Opening Promo diluncurkan. Xixixixi

Mau tahu sistemnya? Check This Out!

– GRATIS 100 TIKET MASUK ke 10 Organisasi berikut, untuk 100 pembeli formulir  PERTAMA. Kuota tiket @organisasi sebanyak 10 tiket.

  • Bandung Oke TV
  • Suaka
  • Photo’s Speak
  • Tim-Nas Jurnal
  • Jurnal Pos
  • Panitia KOMA 2014
  • KAT (Komunitas Anak Tangga)
  • BEM-J (Bem Jurnalistik)
  • TDM (True Dreams Movie)
  • FIM (Forum Intelektual Muda)

– GRATIS FOTO KELAS ala Jonash Foto, untuk 1 KELAS yang telah membeli formulir semua dalam waktu 1 MINGGU (9-14 September 2013).

*KOSMA kelasnya juga akan mendapat REWARD KHUSUS

– GRATIS GOLDEN REWARD yang dapat ditukar dengan salah satu doorprize berikut:

  • Jam Tangan SWISS ARMY tali kanvas warna hitam (1 GOLDEN REWARD)
  • Karikatur (4 GOLDEN REWARD)
  • Voucher pulsa 25.000 (1 GOLDEN REWARD)
  • Voucher Langganan Majalah SUAKA selama 1 semester (4 GOLDEN REWARD)
  • Kerudung KINANTHI aneka koleksi (4 GOLDEN REWARD)

*GOLDEN REWARD berlaku untuk peserta yang membeli formulir dan membayar LUNAS dalam 3 hari (9-12 September 2013). Setiap peserta berhak mendapat 1 GOLDEN REWARD

– GRATIS 75 SOUVENIR untuk 75 peserta yang membayar TUNAI Rp 75.000 (membeli formulir  50.000 + 25.000).

ARTINYA???

Setiap peserta akan mendapat HADIAH BERLIPAT jika membayar LUNAS dalam 3 HARI (9-12 September 2013)! (Dapat TIKET MASUK + FOTO KELAS + GOLDEN REWARD + SOUVENIR).

Gimana, sob? FANTASTIC, kan?

Malhikdua.com Akan Ditutup, Dimanakah Keluarga Besar PP. Al Hikmah 2?

Jika Anda keluarga PP. Al Hikmah 2 sejati, harusnya Anda berduka. Karena Abah Masruri selalu mengingatkan “Ikatlah ilmu dengan menulisnya”. Tapi bila kabar ini tak berarti sama sekali untuk Anda, semoga tidak ada penyesalan di kemudian.

Sudah 4 tahun malhikdua.com menemani kita dalam mewadahi penulisan santri. Seperti yang kita lihat bersama, pekan kemarin malhikdua.com  telah berganti wajah. Pergantian tersebut bukan karena kejenuhan, bukan karena iseng-iseng, melainkan dikerjakan dengan serius dan sungguh-sungguh oleh salah satu alumni. Sufyan, nama alumni tersebut, rela menanggalkan pekan pertama kuliah dengan pergi ke Surabaya. Tak lain karena pekerjaan itu.

Pergantian wajah tersebut juga diikuti pembenahan sistem di dalamnya. Semua dilakukan -sekali lagi- bukan karena iseng2, bukan karena tempat praktik codifikasi, tapi dengan sungguh2, agar Blog Malhikdua tetap menjadi agen perubahan stigma santri katro yang pernah melekat, agar Blog Malhikdua tetap menjadi kebanggan Pesantren, disamping misi kebangsaan atas cintanya produk (bandwith) dalam negeri.

Ikhtiar perbaikan itu berangkat dari kegelisahan kami mengamati nasib malhikdua.com yang tidak seberuntung saudara tuanya (malhikdua.sch). Sudah hampir 2 tahun ini malhikdua.com tampak tak lagi bernyali.

Kurang minatnya para santri sendiri terhadap Blog menjadi salah satu penyebab Malhikdua seperti mati suri. Santri terlihat lebih asyik bersosial media hingga bertwitteran yang memang lebih praktis tanpa perlu mengeluarkan otak setetespun. Kurangnya sosialisasi kepada santri juga menjadi alasan redupnya Malhikdua.com, sangat berbeda saat promosi gencar di tahun 2008-2009 yang saat itu sukses menelurkan penulis-penulis bertaji.

Dari sisi pengelola pun setali tiga uang. Mengelola malhikdua.com kalah menarik dibanding mengelola malhikdua.sch.id. Logis saja, dengan mengelola situs SCH.Id nama pengelola turut terangkat atas kemenangan lomba-lomba yang didapat. Sanjungan, tepuk tangan, medali, dan uang bisa didapatkan dari pengurusan Malhikdua.sch.id.

Kini, malhikdua.com semakin merana, semakin usang oleh pembiaran-pembiaran yang kita lakukan. Hanya beberapa blogger yang aktif didalamnya. Jika distatiskan pertumbuhannya, setahun tak sampai 15 blogger baru yang memakai malhikdua.com sebagai sarana penulisan. Itupun banyak dipakai oleh orang diluar santri, untuk keperluan monetize dan mencari backlink demi mendukung pemasukan income mereka. Santri-santri sendiri, entahlah dimana berada. . Keterbatasan waktu, alat, dan koneksi menjadi alasan utama yang harus kami maklumi.

Satu tahun, 2 tahun kami sabar menunggu. Berharap santri-santri yang dulu masih polos-polosnya akan muncul dengan membawa kabar gembira bagi kami. Kabar untuk meneruskan project Malhikdua.com, mengisinya dengan postingan-postingan bermutu, berkualitas, berskala dunia, hingga mensosialisasikan Blog Hosting Produk dalam negeri ini ke seluruh dunia.

Tapi yang kami hadapi berkata lain. Tahun berganti, pengguna blog Malhikdua tetap sedikit. Ironisnya, para santri yang kami tunggu bertahun-tahun tidak tampak tetesan ilmunya di Blog ini. Para alumni yang kami harap bisa menggunakan kemampuan riset untuk mengembangkan malhikdua, para alumni yang kami harap bisa menggunakan ketajaman penanya untuk me-wibawa-kan wajah Blog Hosting ini, rupanya memilih untuk membiarkan malhikdua.com teronggok tak berdaya, tampil membisu, tanpa tulisan-tulisan greget, tanpa info-info bermutu. Malhikdua.com tetap tampil dengan kepolosan wajahnya. Tak jauh beda saat mereka menjadi santri.

***

Menarik garis tahun kebelakang, membangun Malhikdua.com sebagai tempat blog hosting saat itu adalah resiko yang kami pilih. Tenaga, dana, waktu bakal terkuras habis untuk membuat hingga mengembangkannya. Tak sedikit yang mengkritisi tentang ketidakefektifan ini, karena kalau hanya untuk menulis lebih baik menggunakan layanan-layanan yang ada (spt blogdetik, blogspot, wordpress.com,  kompasiana, dll). Tidak makan resource dari biaya hingga waktu.

Tapi kami bergeming akan kritikan itu, pembangunan Blog Hosting tetap kami teruskan, karena mereka (para pengkritik itu) tidak mengetahui bagaimana resistensi pesantren terhadap pelaku dunia online.

Teman-teman,anda semua, yang saat itu menjadi santri , ketahuilah, anda tak akan diijinkan berinternet jika kami tak memakai nama Malhikdua. Empat tahun lalu, dengan kocek sendiri, keringat sendiri, kami menggarap blog hosting Malhikdua.com agar saat anda berinternet pihak sekolah ataupun guru mengira anda mengelola Malhikdua. Perjuangan menggarap Malhikdua.com sejalan dengan perjuangan kami mewadahi karya-karya dan pikiran anda.

Karena gerilya, selama 2 tahun Malhikdua.com masih memakai dana sendiri. 2 tahun kemudian Malhikdua.com memakai dana kas Sekolah setelah kami melakukan lobi-lobi yang meyakinkan, ditambah keberhasilan menjuarai event website. Lewat janji-janji proyeksi akan pemanfaatan Malhikdua.com untuk pengembangan dan ketajaman pesantren itu sekolah bersedia membiayai server malhikdua.com per tahun.

Namun melihat kenyataan sekarang, di tahun ke-5 ini nanti, disaat kontrak pembayaran berakhir bulan november nanti, kami tahu diri untuk tak lagi melobi perpanjangan Malhikdua.com. Alasannya seperti yang sudah kami sebut diatas.

Kami harus bersikap gentle, kala tujuan tidak terc apai tak mungkin kami meminta dana ke sekolah. Dana sekolah untuk malhikdua.com jauh lebih besar daripada malhikdua.sch.id. Dana setahun 3,6 Juta yang diambil dari perputaran warnet alangkah lebih manfaat jika diperuntukan untuk pengadaan-pengadaan pelatihan, operasional redaksi, dan menambah aset-aset untuk pengelolaan SCH.

Bukan soal dana pula pertimbangan kami. Secara TENAGA sudah tak sanggup lagi terus-menerus mengerjakan project malhikdua.com . Beban tenaga yang dikeluarkan 4-5x lebih menguras dibanding membangun situs Malhikdua.sch.id. Apakah anda membiarkan kami bekerja dalam kesepian? Mengelola sesuatu hal yang tidak banyak diambil manfaatnya oleh para santri, alumni, guru-guru, dan lain-lain. “Jika alumni-alumni berkumpul membangun pesantren lewat riset, sosialisasi, tulisan-tulisan tajam tentu menjadi kekuatan besar yang sangat diperhitungkan orang-orang diluar pesantren.” Ternyata hanya teori. Sampai saat ini kami hanya melihat Sufyan melakukan seorang diri mengelola hal itu diantara ribuan para santri dan alumni-alumni lain.

Maka dari itu, keputusan menghentikan project malhikdua.com adalah hal yang sangat logis dan sangat memungkinkan.

Masih ada 2 bulan lagi Malhikdua.com bisa mengudara. Selanjutnya kami menutup layanan secara permanen jika dalam waktu tersebut tidak ada kabar baik terkait Malhikdua.com. Kami harus jujur menyampaikan segala perkembangan ke Sekolah. Kiranya sekolah juga akan berpikir 1000x untuk meneruskan mengingat besarnya dana yang dikeluarkan tidak impact dengan manfaat untuk santri dan alumni sendiri.

Ini bukan ancaman. Kami hanya menyampaikan konsekuensi yang masuk akal. Bukan hal aneh kala suatu produk digital gulung tikar. Multiply sudah menutup layanan Blognya, diganti dengan Marketplace (ecommerce), Yahoo telah mematikan layanan Koprol yang dibanggakan anak negeri, Friendster sudah tamat jauh tahun, Myscape sudah ganti kepemilikan, Google menutup picasa dan mybloglog. Dan terakhir, tinggal tunggu waktu aja, karena saham Facebook terus turun saat orang-orang beralih ke Path.

Artinya, penutupan Layanan malhikdua.com adalah wajar-wajar saja. Karena memang tidak ada yang awet dalam dunia digital, dunia online.  Malhikdua tidak punya santri dari keluarga Bakrie yang bisa mengatasi pendanaan. Malhikdua tak punya santri sejiwa Dahlan Iskan yang tetep bangga mengendarai Merpati disaat teman-temannya memilih produk-produk Boeing, Airbus, hingga Shukoi.

Anda tak punya siapa-siapa. Anda-lah, sebagai pemilik Malhikdua.com yang bisa menentukan nasib sendiri, anda yang membuat lanjut atau tidaknya milik anda sendiri. Nasib Malhikdua.com tidak bergantung kepada orang lain, demikian pula kepada kami.

Karena, mohon diketahui, riwayat pengelola dan pengembangan Malhikdua.com selama ini (Novi, pranda, estiko, wahyudi, MQ  Hidayat, dan Tantos) bukan lah santri maupun alumni Pesantren Al Hikmah 2. Empat tahun waktunya sudah cukup untuk melakukan banyak hal untuk Pesantren. Mereka tidak terlalu bangga dengan kepopuleran Malhikdua di dunia daring. Mereka tidak ambil pusing jika label “satu-satunya Blog Hosting di dunia pesantren” hilang. Mereka hanya relawan-relawan yang terjun atas dasar tolong menolong.

Pergantian wajah yang telah kita lihat bersama pekan kemarin adalah upaya terakhir kami dalam membantu mempertahankan Blog Hosting Malhikdua. Sekali lagi, masih ada waktu hingga awal November. Jika tidak ada peningkatan jumlah blogger maupun mutu tulisan, tak ada lagi upaya lobi sekolah untuk memperpanjang biaya tahunan hosting yang cukup besar.

TTD

HUMAS M2NET

——————————–

(dw/ns)

Silent Blogger for Silent Reader

Berbulan-bulan memvakumkan diri dari dumay perbloggeran, membuat otak semakin keju. Bagi saya, relaksasi paling nyaman untuk sekedar mengendurkan syaraf atau bahkan menghapus stress, hanyalah blog. So, jauh di dasar otak saya ini menyimpan penat yang teramat menggumpal dan menonjok-nonjok ingin dikeluarkan. Persis seperti bayi yang sudah masanya lahir, tapi masih belum “pembukaan”. Meski saya belum pernah melahirkan, tapi berdasar cerita ibu saat hendak melahirkan saya, begitulah kira-kira. Teramat menyakitkan.

Dan, hari ini saya senang bisa bercumbu dengan blog ini lagi. Agak berdebu dan usang, memang. Tapi tak menampik antusias otak dan hati ini untuk kembali menyemai blog yang sudah 5 tahun menampung celoteh-celoteh saya.

Lima tahun? Yup.

Terbilang masih amat imut dan lucu, ibarat bayi perempuan. Masih enak dicium dan digendong. Masih sering merengek dan manja di pangkuan ibu. Bahkan, ada yang masih suka ngompol saat tidur malam. But, overall, saya tetap memperlakukan blog ini sebagaimana sahabat saya sendiri. Kadang sebaya, kadang lebih dewasa, dan ada moment-moment tertentu ketika saya melihatnya manja.

Hanya saja, sampai saat ini saya masih belum menemukan passion blog saya ini. Saya belum bisa konsisten dalam konten, tema, desain, dan segala hal ikhwal blogging yang semestinya didapat blog saya.

Sekali waktu saya rajin, moody, dan fresh, bisa intens mengelola semua kanal dan menjawab setiap comment. Sering pula mengkhususkan waktu untuk blogwalking, sekedar menyapa para blogger di berbagai penjuru dan meninggalkan jejak di setiap karya mereka. Tapi kalau sedang tertimbun jadwal yang amburadul, beuuuhh.. Jangan ditanya. Bisa berbulan-bulan saya absen dari Dashboard. Meski, ada beberapa kesempatan demikian itu justru menjadikan radar sastra saya ON. Hasilnya, kerapkali berupa puisi. Seperti sebulan terakhir kemarin, hampir tiap hari saya post satu sampai tiga puisi.

Nah, hal yang saya renungi kemudian, blogger macam apakah saya ini?

——-

Secara umum, definisi seorang blogger atau pemilik blog saya ambil dari pedoman dasar tentang 5W+1H BLOGGER. Apa itu 5W+1H? Ini adalah unsur wajib dalam sebuah informasi. Unsur wajib sekaligus pedoman paling dasar bagi para pencari dan pemberi informasi. Ialah What (apa), Who (siapa), When (kapan), Where (dimana), Why (mengapa), dan How (bagaimana).

Untuk menjawab apa (blogger itu), siapa (blogger itu), kapan (blogger mulai ada), dimana (blogger beraksi), mengapa (blogger ada), dan bagaimana (blogger beraksi), saya merangkum tulisan blogger senior, Enda Nasution dari enda.goblogmedia.com.

What & Who?

Blog adalah kependekan dari Weblog, istilah yang pertama kali digunakan oleh Jorn Barger pada bulan Desember 1997. Jorn Barger menggunakan istilah Weblog untuk menyebut kelompok website pribadi yang selalu diupdate secara kontinyu dan berisi link-link ke website lain yang mereka anggap menarik disertai dengan komentar-komentar mereka sendiri.

Blog kemudian berkembang mencari bentuk sesuai dengan kemauan para pembuatnya atau para Blogger. Perkembanganya, Blog bahkan tidak lagi memuat link-link tapi hanya berupa tulisan tentang apa yang seorang Blogger pikirkan, rasakan, hingga apa yang dia lakukan sehari-hari. Blog kemudian juga menjadi Diary Online yang berada di Internet. Satu-satunya hal yang membedakan Blog dari Diary atau Jurnal yang biasa kita miliki adalah bahwa Blog dibuat untuk dibaca orang lain. Para Blogger dengan sengaja mendesain Blog-nya dan isinya untuk dinikmati orang lain.

When & Where?

Blog pertama kemungkinan besar adalah halaman What’s New pada browser Mosaic yang dibuat oleh Marc Andersen pada tahun 1993. Kalau kita masih ingat, Mosaic adalah browser pertama sebelum adanya Internet Explorer bahkan sebelum Nestcape.

How?

Amy Jo Kim seorang konsultan dan pengarang buku “Community Building on the Web: Secret Strategies for Succesful Online Communities”, menulis bahwa diperlukan beberapa syarat dasar khusus untuk menjadi seorang Blogger, yaitu kemampuan untuk mengekspresikan diri, keinginan untuk berkomunikasi dengan orang banyak dan minat pribadi pada “keterusterangan”.

Blogger menurut sifat dasarnya bukanlah reporter, mereka berperan sebagai editor dalam Blognya masing-masing dan dalam sebuah dunia dengan budaya media yang telah jenuh, Blog menjadi suara-suara alternatif yang menyuarakan bunyi independen dalam setiap ulasannya. Blog bukanlah obat mujarab untuk budaya yang telah jenuh dengan media, tapi mudah-mudahan Blog adalah salah satu peredanya, tulis Rabecca Blood.

Why?

Blog memiliki suara spesifik dan kepribadian. Blog karenanya adalah kepanjangan interaktif dari pembuatnya. Apakah Blog memang suara murni media baru seperti yang diramalkan? Atau hanya sekedar trend digital? Dan akan bertahan lamakah Blog-Blog di Internet? Tentu saja ini jawaban yang perlu dijawab oleh para Blogger sendiri. Banyak orang saat ini memiliki idealisme terhadap Blog sebagai sebuah konsep desentralisasi informasi yang mengembalikan berita kembali di tangan para penggunanya dan tidak dimonopoli lagi oleh korporasi besar atau perusahaan media.

Dengan demikian, Blogger adalah pemilik blog yang mengelola blognya dengan seganap jiwa, pikiran, dan perasaan pribadi. Tentu hal ini berlaku untuk blog yang dikelola perorangan, bukan kelompok (lebih dari seorang).

(Pembahasan ini juga pernah diurai disini)

————-

Sementara terkait karakteristik atau macam-macam blogger, saya belum menemukan ukuran bakunya. Meski ada beberapa julukan yang sering terdengar, seperti The Truly Blogger, Blogger Adsance, Blogger Abal-abal, Blogger Pemula, dll.

Hanya saja, saya pernah memikirkan sebuah permisalan untuk penilaian level kehormatan seorang blogger.

Misal, penilaian kualitas blog 50%. Aktivitas blogwalking (dilihat dari sebaran komentar seorang blogger di blog lain) 30%. Aktivitas di sosmed (berinteraksi dengan blogger lain & kawan lain dalam rangka promo blog) 10%. Aktivitas di dunia offline (aplikasi blogger untuk kegiatan di dunia nyata), 10%.

Kualitas blog, menjadi acuan utama karena dari sanalah bisa terbaca kualitas pemiliknya. Blogwalking, juga mengambil peran penting. Ada yang bilang kalau punya blog tapi tidak bewe (blogwalking), ibarat makan sambal tanpa cabe. Aktivitas sosmed juga menjadi salah satu tolak ukur, karena disana ranah dumay berpijak. Disana pula interaksi intensif sesama blogger dalam hal ikhwal perbloggeran. Mulai promo blog, update postingan, tukar komentar, hingga ajang silaturahmi untuk koplar (kopi laring; pertemuan di dunia maya). Terakhir, aktivitas di dunia offline, jelas menjadi bahan pertimbangan juga.

———-

Keresahan yang muncul kemudian, sejatinya saya tipikal orang yang agak susah memenuhi point 2 dan 3. Simple alasannya, saya dominan silent. Jadi, bukan berarti saya tidak pernah blogwalking, bukan. Justru saya hampir tiap hari blogwalking, tapi jarang sekali meninggalkan jejak. Maka jarang ada kunjungan balik ke blog saya, akibatnya blog saya sepi komentar. Meski bagi saya, lebih baik sepi dari pada ramai tapi dipenuhi komentar basi (baca: komentar tak bermutu atau sekedar meninggalkan jejak tanpa membaca postingan).

Saya juga salah satu orang yang paling jarang update status di sosmed. So, bisa dibilang interaksi saya sangat kurang dibanding blogger-blogger lain di sosmed.

Anehnya, dibalik silent itu saya sering mendapat sapaan dari orang-orang yang terbilang tidak saya kenal. Tak hanya sekedar menyapa, mereka juga kerap menanyakan absensi saya jika dalam 3 hari tidak ada postingan baru di blog. Rupanya, diam-diam mereka membaca, mengkhayati, dan mengagumi apa yang tertuang di blog ini. Hingga diam-diam pula, mereka menjadi pembaca setia yang barangkali pula tidak pernah saya ketahui.

Tak perlu saya sebut siapa dan berapa jumlahnya. Satu hal yang pasti, ada rasa haru yang mampu mengembangkan senyum. Ada seberkas kedamaian yang membahagiakan. Dan, ada setitik keberhasilan yang terasa nikmat diam-diam.

Begitulah, kawan. Sebuah “diam-diam” yang hingga detik ini masih saya pertanyakan. Seperti yang telah tersebut di awal, blogger macam apakah saya ini? Adakah Silent Blogger for Silent Reader?

Australia, Impian Usia 23

Kutulis ini bersama hujan. Yang teramat lebat. Petir menggelegar dan saling bersahutan. Terasku basah, bahkan agak banjir. Beruntung tak ada jemuran hari ini, jadi tak perlu bergegas menaiki tangga seksi ke lantai 3. Jalanan lengang. Senyap. Sesenyap deretan kost di samping kamarku. Semua mengunci pintu juga jendela. Tak berani menatap apalagi menikmati hebatnya anugrah langit, yang memberkahi bumi ini. Continue reading “Australia, Impian Usia 23”

Sinopsis -Sehebat Mentari-

Nadya kabur ke rumah sahabatnya, Rina. Disanalah dia menenangkan diri dari stress berat akibat rencana perjodohan oleh ibunya, juga ditinggal pergi kekasihnya tanpa kabar.

Bersama Rina lah, Nadya kembali mencintai dunia sastra. Rina dengan sabar merawat Nadya, menemani hari-harinya, hingga membacakan beragam karya sastra yang diminta Nadya.

Rina menyadari bahwa Nadya memiliki bakat hebat dalam menulis. Dia lalu berinisiatif membuatkan blog dan memposting semua tulisan Nadya yang tercecer. Warga Warung Blogger adalah pembaca setianya.

Hingga tibalah masa Rina berhasil menerbitkan tulisan Nadya dalam sebuah buku, bahkan best seller. Warga Warung Blogger yang sangat berempati terhadap Nadya pun membantu mencari Rio, juga menyadarkan ibu Nadya akan kesalahannya. Warung blogger mengahadirkan keduanya dihadapan Nadya, tepat di hari ulang tahun gadis tunanetra dan lumpuh ini.

Dari sanalah, kehidupan yang hidup bagi Nadya, dimulai.

1TahunWB