Sepasang Sepatu Usang

“Hiks..hiks..” sesudut suara lirih terdengar perih. Celingak-celinguk kepalaku mencari sumbernya. Aha! Itu dia. “Kita tidak berguna lagi” berat bibirnya perlahan berucap.

Lekuk wajahnya persis jemuran yang belum disetrika; muram. Seakan hembusan napas yang tersisa hanyalah sia-sia; suram. Derasnya air langit menjadikan mendung tak berpindah dari atas kepalanya, sama derasnya dengan air dari sebalik kelopak mata yang menyedihkan itu; kelam. Rona pipinya seketika menghilang bersama duka yang tak tahu jalan pulang; geram.

“Si.. siapa bilang kalian tidak berguna lagi?” aku tak yakin itu pernyataan atau pertanyaan.

Mereka bak pinang dibelah dua. Sepasang jumlahnya. Terongok menggigil di tepi tumpukan sampah. Terciprat kecipak hujan yang belum menyatu dengan tanah. Kusut, belel, penuh bekas jahitan di sekujur tubuhnya. Muka bawahnya agak menyembul keluar. Tempelan debunya sekira dua senti, menyusup ke pori-pori. Wajahnya sayu, kerutan pipi membuat kedua paras itu tak lagi ayu.

“Tuan kami.. Tuan kami..” jawab yang kanan terputus-putus. Meski keduanya benar-benar kembar, tampaknya si kanan ini agak lebih bersih dari yang kiri. Continue reading “Sepasang Sepatu Usang”

Segulung Kertas

Segulung KertasAaarghh.. Pegal, pegal pegal! *kretek-kretek*

Hei, darimana saja kamu? Tumben jam 10 malam baru pulang.

Besok saja introgasinya. Ngantuk. Capek.

Aishh.. Aku menunggumu sedari senja belum tiba. Sampai hari hampir berganti aku masih di sini, dan sekarang kamu menyuruhku pergi begitu saja?

Iya. Kenapa? Sudah sana pulang, pulang, pulang! Siapa suruh Angin nunggu aku.

Tch.. Benar-benar ini anak. Minta di..

Apa? Minta di-apa?

Tunggu-tunggu. Apa itu? Gulungan kertas apa itu?

Oh, ini? Kamu mau? Nih, ambil!

Penganugerahan.. Ckckckck.. Wuaaaaw!!! Continue reading “Segulung Kertas”

Menolak Nyesek

Kenapa murung di saat kuliah berlangsung?

Hm.. Mulut-mulut bising itu mengumpatiku busung-busung.

Yaelah.. Woles aja keles!

What?! @_@

Anggap saja mereka terlalu perhatian sama kamu. Tidak mendengarkan penjelasan dosen, malah sibuk memperbincangkan hal bulshit tentang kamu. Jangan-jangan.. Diam-diam suka! Xixixi

Tch.. Emang aku pemeran film “Yes or No?”

Yes!

No!!

Ssst.. Perhatiin dosen!

Huhf.. Nyesek!

Syudah-syudah, pura-pura tidak dengar. Semoga dosamu diampuni karena ulah mereka.

Aamin.. #MenolakNyesek

Siluet Mentari di Pelupuk Senja

Siluet Mentari di Pelupuk SenjaSenja setelah hujan ternyata lebih indah dari senja yang datang biasa. Guratan merah jingga keemasan mengiring sang mentari kembali ke peraduan. Seakan menyapa, “Selamat sore,” dengan lekukan lesung pipi semanis kembang desa. Aduhai, aku benar-benar jatuh cinta..

Tch.. Berapa ribu jepretan kamera tuamu untuk tiap senja? Dasar Angin kurang kerjaan!

Ssst! Don’t say that, honey. Bahkan jutaan ribu jepretan yang menangkap setiap detik pergeseran siluet mentari, perubahan warna terang menjadi kuning, menuju orange-jingga-kuning keemasan, hingga semua bayang benar-benar luput dari mata telanjang, itu tetap belum cukup mengabadikan setiap pesona senja.

Ah, lebay!

No, no, no more! Wait.. Slow.. Matamu bukan mata yang biasa kulihat. Bisa jadi kalimat yang akan terucap dari bibir manismu berikutnya adalah, kesal yang kau umpat. Is it right?

Hhh..
Aku sama sekali tidak punya gen seorang penulis. Aku tidak punya bakat untuk menjadi penulis. Itu yang selalu mereka katakan. Seberapa keras pun aku mencoba, aku tetap tak kan bisa menjadi seperti.. JK Rowling, Gol A Gong, Dee, atau.. Continue reading “Siluet Mentari di Pelupuk Senja”

Angin Ngoceh Soal Pemilu

pemilu
Ayo Memilih Semuanya!

Pemilu sudah menggema ke seluruh negeri. Pesta demokrasi yang katanya “demi masa depan bangsa” itu kian hari kian panas. Sodok sana, sodok sini.

Terjang sana, terjang sini. Kampanye terbuka, kampanye tertutup. Retorika dimana-mana.

Keluar rumah satu langkah, ada foto narsis si Anu dari partai Ini. Langkah kesepuluh, terpajang spanduk si Itu dengan program yang tak jelas. Tambah 5 langkah, ada iklan caleg Ini yang numpang di nama toko.

Jangan-jangan nama toko yang numpang di iklan caleg itu? Tambah 10 langkah, baligho besar bergambar calon Presiden RI, gagah, rapi, berpeci, tapi jelas sekali wajahnya berilusi. Continue reading “Angin Ngoceh Soal Pemilu”

Kedamaian Senja

senja
Source: Here

Senja secantik ini sangat sayang kalau diabaikan. Lebih sayang lagi kalau dipandang mendung. Hei, kawanan burung itu cantik sekali. Membentang sayap, membersamai mentari yang hendak tenggelam. Belalang dan kupu juga tak tinggal diam. Selagi masih ada sinar, mereka asik bercengkrama dengan bunga dan ilalang.

Sayangnya, lebih sayang lagi, kau disini merusak sunyiku.

Tidak. Aku hanya ingin menikmati mega merah melukis langit. Menikmati warna yang mendamaikan.

Apa bagusnya warna itu?

Sudah kubilang, warnanya mendamaikan. Continue reading “Kedamaian Senja”