Balada Kemenangan Malhikdua, Haruskah Terlarung?

Menjadi bagian dari Malhikdua, seperti pernah tertuang dalam celoteh silam, memang bukan rencana strategis untuk meraih prestasi. Namun, benar memang rencana Allah itu lebih indah dari rencana manusia. Lebih indahnya lagi, keindahan rencana itu justru jelas terlihat ketika manusia terkapar setelah menjalani proses panjang.

Dan, itulah yang saya alami, sob.

Tak pernah terbesit di benak saya untuk menjadi santri berprestasi. Apalagi siswa berprestasi di sekolah yang berada di bawah naungan pesantren. Besitan ini tumbuh dari kekecewaan sekolah SD saya yang notabenenya Islam, yang memang sangat kurang mengapresiasi siswa-siswi berprestasinya. Meski begitu, saya hapal betul raut wajah kepala sekolah yang agak disembunyikan saat membanggakan nama saya, kala memecah rekor: peraih hasil UN tertinggi sepanjang sejarah berdirinya sekolah.

Kisah klasik yang menjadi tonggak kekhawatiran saya itu, justru berbalik 180 derajat ketika saya mengenal Malhikdua.

Memang, saya akui, apresiasi sekolah dan pesantren tak jauh beda dengan sekolah SD dulu itu. Tapi, disinilah keindahan rencana Allah berbicara. Allah memberi jalan lain yang tak pernah terpikir oleh saya. Jalan yang teramat terjal, penuh duri, bahkan sangat berbahaya. Tapi itulah keunikannya. Itulah keindahannya. Itulah kenikmatannya, sob.

Proses demi proses menuju prestasi itu sangat berarti untuk saya. Bahkan tiap momentnya tak ada yang terlupa. Saya seperti terbimbing untuk terus dan terus berjalan, walau aral tak kunjung selesai jua. Dan itulah fase yang membalikkan ketidakpercayaan saya menjadi yakin: bahwa keajaiban itu benar ada, bahwa ketidakbisaan manusia hanyalah omong kosong selama mau berusaha dan berdoa.

Maka, ijinkan saya mengurai kemenangan Malhikdua yang pernah saya saksikan, yang pernah saya buktikan, dan yang akan selamanya saya banggakan, sob.

2008

Malhikdua Juara Harapan Lomba Website SLTA tingkat Nasional versi Gunadarma Jakarta. Ini kemenangan pertama yang membuat hati saya berdecak kagum. Bagaimana bisa sekolah macam Malhikdua menjuarai kompetisi Web? Mungkinkah siswanya bisa membuat website sendiri? Serta sederet pertanyaan lain langsung tumpang tindih di otak, sesaat setelah saya melihat piagam kemenangan itu di lab komputer sekolah.

Dan, kekaguman inilah yang mengantarkan saya mengenal M2NET.

2010

Malhikdua Juara 2 Lomba SLTA versi UNIKOM AMIKOM Yogyakarta dan Juara 1 Opersource tingkat Nasional versi Gunadarma Jakarta. Inilah keajaiban pertama yang membuat saya hampir pinsan. Dari juara harapan di tahun 2008, pejuang-pejuang M2NET berhasil menggiring ke Juara 2 dan Juara 1 dalam kurun waktu 2 tahun. [berita 1] [berita 2]

Dua Siswi Malhikdua Menjadi Blogger Terbaik & Penulis Terbaik Al Hikmah 2 versi BISA2010. Kemenangan ini menjadi titik balik semua keraguan saya untuk berprestasi. Sungguh, sehebat apa pun prestasi itu, kemenangan ini lebih dahsyat dan lebih membahana, karena saya tak pernah berpikir untuk menjadi penulis apalagi blogger. [berita]

Siswi Malhikdua Juara 1 Lomba Penulisan Artikel Se-Jateng & DIY versi Suara Merdeka. Dan, sekali lagi, ketidakbisaan manusia hanyalah omong kosong selama mau berusaha dan berdoa. [berita]

2011

Malhikdua Luncurkan 15 Buku Karya Santri. Inilah bukti bahwa saya bisa menulis. Benar-benar seperti mimpi.

2012

Siswa Malhikdua Juara 2 Lomba Penulisan Artikel Nasional versi ICI. Kini giliran anak-anak saya, adik kelas saya, yang meneruskan prestasi-prestasi itu setelah saya tak lagi di Malhikdua. Ini dahsyat!

Malhikdua Gelar Pelatihan Menulis Te-We Bersama Damae Wardani. Ya Allah, rencana-Mu benar-benar lebih indah dari rencana manusia. Inilah moment yang penuh peluh. Moment yang hanya bisa tercapai dengan tertatih. [berita]

2013

Malhikdua Juara 3 Lomba Website SLTA Se-Jateng & DIY versi UIN Malang. Meski hanya mensupport jarak jauh, saya tetap bangga pada Malhikdua dan pejuang tangguh M2NET.

Malhikdua Juara 1 Kompetisi Pers Siswa Se-Jateng & DIY versi IAIN Walisongo. Ini dia puncak kepuasan kemenangan yang Allah berikan. Semua berakhir indah, teramat indah. Dan, keindahan ini hanya tercapai dengan jalan yang sangat tidak mudah.

———

Sobat, semua kemenangan Malhikdua ini tidak akan tergenggam jika saja pejuang-pejuangnya gugur di tengah jalan. Selanjutnya, akankah kemenangan ini hanya menjadi sejarah yang tak berlanjut? Anda, pejuang Malhikdua lah, yang bisa menjawabnya.

Maka, jika Malhikdua.com harus menghembuskan napas terakhir pada November nanti, semua karya yang telah tercipta sejak 2008 lalu, menjadi abu yang terlarung ke laut oleh ketidakpedulian keluarga Malhikdua sendiri.

Haruskah itu terjadi, sob?

***

M2Net, Sungguh Beruntung (Refleksi 3 Tahun Blog Malhikdua)

Siapa bisa mengira nasib seseorang. Tidak selamanya apa yang kita lihat dari kasat mata itu benar. Tidak selamanya orang besar lahir dari bangsawan, keturunan priyayi, atau pun darah biru seperti banyak disebut orang. Tidak selamnya keberhasilan berpihak pada mereka yang berkuasa. Juga tidak selamanya kegagalan, keterpurukan, dan kehancuran, menjadi nasib wong cilik yang tidak berdaya. Continue reading “M2Net, Sungguh Beruntung (Refleksi 3 Tahun Blog Malhikdua)”

Diary Garuda 2: Kampus Ungu, Saksi Bisu Tangis Bahagia Pejuang Malhikdua

Posting. Ya, itulah kata pertama yang terlintas di pikiran Pemred selepas membuka mata, bangun dari tidurnya.

Hmm…tak sabar rasanya jemariku berceletuk dan menari diatas keyboard tuk menuliskan semua yang terlintas di otakku, gumamnya.

Benar saja, jam 6 pagi ia sudah duduk manis di warnet samping kost-kostannnya, setelah mandi pagi dan pamitan pada Bu Ita. Namun, chat dengan sobat-sobat mayanya membuat 9 judul tulisan yang telah disiapkannya semalaman hanya terposting 1 saja. Tak mengapa, itu tak membuatnya kecewa. Toh, masih banyak waktu., pikirnya.

Dua jam kemudian, Continue reading “Diary Garuda 2: Kampus Ungu, Saksi Bisu Tangis Bahagia Pejuang Malhikdua”