GARUDA,, Cairan..

Jum’at, 10/4/09. Tidak lebih dari 10 kendaraan beroda 4 dan 30 kendaraan beroda 2 memadati area sekitar masjid An- Nur dan GOR AL-Hikmah 2. Bukan karena demo atau acara pondok lainnya, tapi tradisi bustelan _ orang tua mengunjungi anaknya_ atu pun cairan ini memang ramai setiap akhir ataupun awal bulan. Karena saat-saat itulah biasanya santri terserang kanker ( kantong kering ) atau biasa dikenal dengan krismon ( krisis moneter )_menurut pengakuan salah seorang santri_.

Tidak hanya wali santri saja, tetapi dari nenek sampai cucu pun ada yang yang terbawa semua, meski agenda bustelan dari kebanyakan mereka hanyalah meleps rindu dengan putra-putri mereka dan makan bersama keluarga. Tapi, bustelan makin asyik kalo makin rame tutur salah seorang siswi Malhikdua yang hampir setiap bulan pasti bustelan. Hal inilah yang sering kali di permasalahkan oleh para pengurus. Karena dampaknya sampah menggunung dimana-mana dan tak ada yang peduli untuk membersihkannya. Apalagi masjid dan gor merupakan sasaran empuk tempat bustelan yang sebenarnya tempat suci untuk beribadah oleh santriwan dan santriwati. Pengurus telah memberlakukan larangan bustelan di masjid tapi rupanya sedikit sekali santri yang peduli dengan hal ini, karena larangan itu sendiri tidak diperkuat dengan sangsi yang tegas.

Disamping dampak negatif, ramainya bustelan ini justru menjadi ajang pencarian laba bagi para pedagang jajanan di pasar mini sebelah selatan masjid An-Nur. Pasar yang menjajakan bakso, mie ayam, gado-gado, aneka es dan juga gorengan yang menjadi jajan faforit, merupakan incaran santri setiap hari. Tidak kurang dari 50-100 porsi yang terjual setiap hari. Apalagi gorengan yang murah meriah dan mengeyangkan ini tak pernah terlewatkan walau sekali. Tiada hari tanpa gorengan Ungkap Mbak I’a yang kebetulan dipergoki sedang makan bersama teman-teman dengan menu utama Gorengan .

GARUDA MALHIKDUA melaporkan untuk anda.