[Cerita Gadis Berkacamata] Jalan-Jalan atau Menyetrika Jalan? – Ruang Sederhana

[Cerita Gadis Berkacamata] Jalan-Jalan atau Menyetrika Jalan?

Free. Yupz! Hari ini kami free. Hunting tourist telah selesai. Dan kini saatnya jalan-jalan                                                                                

Tidak seperti biasanya, hari ini bus antar jemput bermerk sari buah datang lebih awal, masuk ke halaman pondok pula. Biasanya kami yang selalu menunggu si bus di tepi jalan.

Hari ini free kan?                                         Tanya si sopir.

Ya, pak! Kita siap refreshing                                        .! Keliling Jogja, pak!                                         kata salah satu diantara kami.

Ok! Siapa takut! Ayo kita berangkat!                                         balas si sopir.

Jadilah kami meluncur dengan bus yang membawa 18 siswi dan seorang pembimbing. Agenda kami hari ini adalah ziaroh ke 3 maqom dan rekreasi di pantai Depok, Parangtritis.

Jam 7 pagi, kami sudah singgah di maqom                                        .(maaf, namanya lupa) depan pondok pesantren                                                                                (maaf, yang ini juga lupa, habisnya tidak ada papan nama sih).

Satu jam kemudian kami sudah sampai di Gunung Pring setelah menghampiri bekal makan siang di Pulosari. Di Gunung Pring, kami membaca wirid dan tahlil serta yasin di maqom KH. Abdur Rohim (maaf, kalau tidak salah).

Dan maqom terakhir yang kai kunjungi adalah di daerah                                        .(ah                                        yang ini juga nama desanya lupa).

Setelah dirasa cukup, kami langsung melesat ke pantai Depok, dekat Parangtritis. Wah                                        .ternyata lebih dari 2 jam perjalanan, sampai ada yang nyletuk, Pak, kita ke pantai atau keliling Jogja, Pak? mentang-mentang jalan-jalan masa sampai saya tertidur 3 kali, masih tetap berada di jalan                                         sudah panas, macet, capek, lapar pula. Hufffff                                        .sabar                                        ..

Lho                                        .tadi pagi kan kalian yang minta keliling Jogja. Ini belum seberapa lho                                        .                                         Pak sopir menimpahi.

Tepat pukul 12 siang, bus memasuki pintu gerbang tempat Pariwisata, pantai Depok, Parangtritis. Seketika itu juga semua bangkit dan melafalkan Alhamdulillah hampir bersamaan.

Namun, betapa kecewanya kami setelah pembimbing mengumumkan bahwa tepat pukul 2 siang semua sudah kembali berkumpul di bus. Padahal waktu sholat dan makan siang saja sudah menyita waktu 1 jam. Jadilah, pengorbanan kami 2 jam perjalanan hanya untuk menikmati udara pantai selama setengah jam. Karena jam setengah dua pak sopir sudah mengoprak untuk bersiap-siap pulang. Hmm                                        .hanya foto bersama teman-teman yang jadi kenangan di sana.

Sebelum jam 2 siang, semua sudah kembali duduk rapi di dalam bus. Setelah pengabsenan dan do’a safar selesai bus kembali berjalan untuk pulang. Namun, belum ada 30 menit ke depan, tiba-tiba bus C berhenti di kursi bus B di tepi jalan. Bus A yang paling belakang pun ikut-ikutan berhenti tanpa tahu sebab perkara. Ternyata                                        .e                                        .ternyata                                        . AC di bus C mati dan harus diperbaiki. Hufff                                        .sabar                                        kembali kata-kata itu mengiang di telinga. Ya                                        apa lagi daya kami selain sabar. Lebih dari satu jam, akhirnya semua bus siap melanjutkan perjalanan.

Hampir sepanjang jalan kami diguyur hujan. Derasnya air mata langit ini justru tidak membuat kami ngantuk seperti biasanya. Mungkin karena ini perjalanan terakhir kami sebelum pulang. Terlebih lagi kami gila-gilaan di dalam bus bebas ekspresi untuk direkam. Jadilah kamera di korbankan untuk merekam tampang-tampang kelelahan yang so narsis untuk menghibur diri (tapi semuanya juga ikutan sih                                        ). Sampai pak sopir dan kernet pun tak luput dari sorotan kamera.

Tak terasa waktu ashar hampir habis sementara kami masih terjebak macet di sepanjang jalan depan area kampus Umu. Terang saja, berepatan dengan Mukhtamar Muhammadiyah 1 abad. Alhamdulillah, pak sopir lincah untuk memotong jalan dan kami berhasil menemukan masjid untuk menunaikan sholat ashar dan dilanjutkan sholat maghrib yang tak lama setelahnya.

Sejuk rasanya wajah ini terbasuh air wudhu. Apa lagi sejak siang lepek kepanasan di dalam bus. Sebelum melanjutkan perjalanan, kami hunting makanan sekedar untuk mengganjal perut yang mulai keroncongan.

Sekitar pukul 8 malam, bus mendarat di depan bumi Nurul Qur’an yang sedang bergema dengan dengungan Al-Qur’an oleh para santri. Alhamdulillah                                        .segala letih mengucur bersama aliran keringat yang kami tinggal di dalam bus. Saatnya menunaikan sholat isya’, makan malam, dan                                        .siap untuk berpetualang panjang di dunia maya, alam mimpi yang sudah siap menghampiri                                        .

Ah                                        tak tersirat lagi untuk bikin report yang sering kali bikin repot. Selamat tidur                                        ..

Sementara yang lain pulas dalam pelukan bantal dan selimut, saya bangkit dan turun ke majlis. Benar dugaan saya, santri-santri imut yang siap menimba ilmu sudah menanti di sana.

Ukhti                                        ngaji, ukhti                                        yang lain pada kemana sih? Kok Cuma ukhti yang kelihatan?                                         rengek Rizka, santriwati yang kini mau masuk SMP, sambil menarik-narik baju saya.

Iya                                        ayo kita ngaji. Ukhti-ukhti yang lain pada kecapekan. Makanya mereka sekarang tertidur pulas                                         aku menjelaskan perlahan agar mereka mau mengerti.

Kok ukhti ndak tidur? Apa ukhti nggak capek?                                         tanyanya lagi.

Enggak, tadi di bus ukhti sudah tidur. Dan malam ini ukhti ingin belajar bersama kalian. Barangkali ini yang terakhir kali                                        .

Memang ukhti mau pulang kapan?                                        

Dua hari lagi ukhti pulang, ya udah yuk, kita ke majlis. Sana teman-teman yang masih tiduran di kamar dipanggilin, barangkali mau ikut belajar dengan kita                                        .

Ok. Siap ukhti                                         sering dia berlari, menuju lantai 2 untuk menjemput teman-temannya, tanpa sadar hati saya basah, terenyuh, terharu, sedih, juga bahagia. Saya senang melihat generasi penerus bangsa yang haus akan ilmu seperti mereka. Tapi saya sedih                                        .karena saya baru saja merasakan nikmatnya belajar bersama mereka, belajar sabar layaknya guru TK, dan belajar dewasa menguasai keadaan, tapi sebentar lagi semua itu akan berakhir. Karena 2 hari lagi, ya                                        .2 hari lagi saya akan meninggalkan mereka                                        meninggalkan manusia-manusia antik yang belum sempat saya kenal semua.

Lamunan saya buyar ketika mereka memanggil-manggil dari dalam majlis. Baiklah                                        saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini                                        .

Magelang, Yogyakarta
3th July 2010

CategoriesUncategorized

Leave a Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *