Empat musim sudah berlalu
Bukan, kuhitung dua kali lipatnya
Daun-daun jatuh hingga tumbuh lagi dan lagi
Bunga-bunga mekar, layu, beku, hingga kini membuka kuncupnya, sekali lagi
Tanah ini berongga, meronta, basah, hingga tak mampu menampung air langit, berkali-kali
Begitu pun burung dan kupu, silih berganti datang dan pergi
Hingga entah keturunan ke berapa hari ini
Kukira salju pun banyak kali menutup jalan
Jalan yang dulu tak bisa kulewati lepas dari jam 10 malam,
kini justru tak pernah ada detik terlewat tanpa deru mesin terdengar Continue reading “Perangkap Hati”