Perangkap Hati

perangkap hati
Source: Here

Empat musim sudah berlalu
Bukan, kuhitung dua kali lipatnya
Daun-daun jatuh hingga tumbuh lagi dan lagi
Bunga-bunga mekar, layu, beku, hingga kini membuka kuncupnya, sekali lagi

Tanah ini berongga, meronta, basah, hingga tak mampu menampung air langit, berkali-kali
Begitu pun burung dan kupu, silih berganti datang dan pergi
Hingga entah keturunan ke berapa hari ini

Kukira salju pun banyak kali menutup jalan
Jalan yang dulu tak bisa kulewati lepas dari jam 10 malam,
kini justru tak pernah ada detik terlewat tanpa deru mesin terdengar Continue reading “Perangkap Hati”

[Wanita] Tak Terkata

wanita
Source: Here

Sekecil apa pun itu, selalu ada jutaan kata untuk menggambarkan
Serumit apa pun itu, selalu saja ada kata untuk menyederhanakan
Seindah apa pun itu, selalu ada kata untuk mengungkap tanpa berlebihan
Hingga sehabis apa pun kata itu, selalu ada kata lain untuk membuatnya tetap terkata

Tapi tidak untuk satu kata ini
Sudah kucoba berkali-kali
Kucoba lagi dan lagi
Tetap tidak kutemukan kata
Yang paling mulia untuk sekadar bercengkrama di hari jadinya

Bahkan jika kau memaksaku dengan berucap
“Bukankah kau sesama wanita?”
Tak ada jawaban lain yang bisa kuberi
Selain,
“Aku? Wanita? Cibiran macam apa itu?”

***Happy Women’s Day***

Kata dan kamu

kamu
Source: Here

Ada banyak sekali kata yang tak bisa kupahami. Bahkan terlalu banyak kata yang entah bagaimana caranya agar aku bisa memahami. Lebih lagi, ada sangat banyak makna yang tak mampu terkata. Dan ada tak terhitung kata yang tak cukup dijabarkan dengan kata-kata.

Sama seperti kamu. Ada kalanya aku termenung mengkhayati khayalmu. Ada saatnya aku tercabik merindumu. Ada pula waktunya aku menyesal pernah mengenalmu.

Ada juga prasangka bahwa kamu tak pernah memahamiku. Kadang, aku pun menghabiskan malam dengan rintik di pipi, memikirkanmu.

Meski sejatinya, kamu hanya datang untuk menawari bahagia, kamu hanya hadir untuk memberi pelindungan, kamu juga hanya dilahirkan untuk hidup bersamaku, tanpa takaran.

Kata dan kamu memang tidak sama. Tapi kata dan kamu sama-sama membuatku lebih kokoh untuk menemukan diriku sendiri. Lalu apa, siapa, mengapa, dan bagaimana, kata dan kamu itu kukenali dan mengenalku?

Takdir

Source: Here

Untuk apa aku menanti

Pada akhirnya jika memang harus terjadi,

biarkan itu terjadi dengan sendiri

Makhluk di Bumi menyebutnya: Takdir

Dan, aku tak punya kuasa apa-apa atas itu

–SelarungPagi di PelupukMata

Hujan Kenangan

danbo-rainSiang ini aku tersenyum menatap mentari yang baru bangun,

Setidaknya ini harapan untuk sejenak melupakanmu,

Melupakan hujan kita, hujan kenangan

Meski aku tak yakin: 5, 10, atau 15 menit lagi mentari masih akan terseyum

Seperti aku tak yakin bahwa, kenangan hujan kita akan berdamai dengan sangkakala

 

Sepenggal Rasa

rasa-hatiSudah kukibas berkali-kali

Kugelengkan berkali-kali

Kupejamkan mata lalu kucoba lupakan berkali-kali

 

Tapi tetap saja nafasmu hadir

Tapi tetap saja bayangmu hadir

Tapi tetap saja suaramu hadir

Tapi tetap saja, kenangan tentang kita, semua hadir

 

Sekuat inikah rasa kita?

Ah, barangkali ini hanya rasaku

Rasa yang terlunta dan terpenggal masa

Rasa yang, aku pun tak tahu, bagaimana ujungnya