Santri vs Pengurus

Krek..krek! Cuizzz!!!

Zzzzzttt! Zzztttt!

Zig zag wat gat sa!

Tweeeeng..ng..ng..

Lho.. kok banyak bintang mengitari kepala saya? (yer..yer..yer..). Doh! Penig aku!! Tweengngggggggggg.

Begitulah aksi centil huruf-huruf mungil yang berkecamuk “Bukan pada perang Yarmuk- di kepala saya. (Sebenarnya ini terjadi beberapa minggu lalu, tapi terselip, tertindih, merintih, ih…ih.*asal pake ih* di bawah otak kiri, jadi baru bisa posting sekarang). Bagaimana tidak? Selama lima hari saya dipusingkan dengan kata-kata berdiksi, berintonasi, juga berisi. Pastinya unik, nyentrik, menarik and menggelitik. Bahkan sempat mendapat kucuran BLE (Bntuan Lewat E-mail) dari Mas Nov, *hayo..siapa yang belum kenal?* dan 5 masukan dari kawan-kawan. Tapi. .. semua tereliminasi, angkat koper, langsung pergi tanpa basa-basi.

What for? (perasaan dari tadi muter-muter nggak nyampe ke inti. Ya udah, nggak usah pake perasaan, pake hati aja! *Lho*

Opz! Ceriatanya rada panjang lho, kalau nggak kuat mending nggak usah diterusin, tapi kalau penasaran, yuk ..lanjut..!

Sempat hampir putus asa (baru hampir kan?). Apalagi waktu itu otak kanan juga dipusingkan dengan sederet perhitungan angka yang nolnya ampe dua belasan tapi tak pernah terwujud nyata (ya iya lah, kan cuma soal akuntan). Belum lagi presentasi Sejarah yang sudah pasti bakal malu besar kalau adonan tidak matang (emangnya donat). Ada yang lebih tragis lagi lho…yaitu mengobrak-abrik kamus untuk menemukan 300 kosa kata sesuai dengan tipe pembentukannya. Bak, buk, buk, bek!!

Bukannya apa-apa, satu hal yang saya takutkan “Mengecewakan guru dan teman- yang bisa memperburuk citra kelas saya dan anak IPS pada umumnya- *du..h dalem bener..! awas kepleset, kecemplung, byurrrr! Yah… basah!

(nah, sekarang dah mulai keterka belum?)

Masalah apa yang dari tadi berkutat tanpa Ciputat- dijidat ampe bikin geli pantat. Nah! Itu dia masalahnya. Saya sedang mencari masalah yang pantas untuk diteliti, dianalisis, dan dilaporkan, selanjutnya didiskusikan untuk menemukan solusinya. Tapi, yang jadi masalah disini adalah anak kelas saya (baca: peserta diskusi). Dalam kaca mata DGM (Dewan Guru Malhikdua), kelas saya termasuk kategori pendiam dan kurang respon terhadap sesuatu (mungkin sinyal kurang kuat atua jaringan bermasalah? Entahlah..)

So that, masalah utama yang saya hadapi sebelum menghadapi maslah yang akan menjadi bahan diskusi- adalah bagaimana caranya agar diskusi ini menarik perhatian peserta dan membuat mereka bersuara dalam sesi tanya jawab nanti?

Hasil penelitian sementara fokus pada 5 akhiran. Apa itu?”

– Remaja dan Problematikanya

– Pemuda dan Bangsa

– Kedisiplinan Siswa Malhikdua

– Kenakalan Santri Al Hikmah 2

– Peran Pondok bagi Masyarakat Sekitar Benda

Sayang sekali, semua tema gugur dibabak penyeleksian pertama. Masalah selanjutnya, orang yang mendampingi saya dalam diskusi nanti ternyata pergi tanpa permisi. Bahkan sampai hari  H belum juga kembali. Padahal dia berkedudukan sebagai moderator, sementara saya narasumbernya. Yang jadi pertanyaan sekarang, “Siapa yang bisa menggantikan dia?”

Kedua masalah tersebut belum terpecahkan sampai 7 jam sebelum diskusi dimulai. Yupz! Karena sekitar jam 8 pagi (di hari H) saya baru menemukan solusi. Sedangkan diskusi akan dilaksanakan pada jam 2 siang (maklum kelas XI masuk sekolah siang).

Disela-sela jam ngaji Abah, sambil menunggu kedatangan beliau, saya membuat teman-teman galau dengan meminta pendpat mereka. Saya (D) dkk (maaf, tidak tersebut nama aslinya, takut pemiliknya tidak berkenan) berdiskusi sejenak.

D : Mbak, gimana dong? Saya masih nge-blank bahan diskusi ni? Ada ide nggak

L : Lho! kok bisa? Lha..sih, moderatornya mana?

U : Kayaknya pulang deh. Dia kan lagi sakit.

I : Ke rumah?

D : Masa ke kandang? AADJ deh!

U : Apaan tuh?

D : Ada2 Aja! Eh, U, tahu kisah pembunuhan tragis di Sirampog nggak?

U : Kisah yang mana?

D : Yang itu, masalah…

U : O.. ya, aku inget

D : Apa coba?

U : Nggak tahu, apaan sih?

L : Hmmm… ketik C spasi D!

Yang lain : Cape deh!

L : Btw, any busway, aku tahu! Gimana kalau kita ngambil masalah santri?

R : Kenakalan santri?

U : Pelanggaran santri?

L : Orang belum selesai ngomong dah main srobot aja! Coba berpikir lebih dalam! Kaitkan dengan pengurus biar ada pro dan kontra!

D : Maksudnya? Yang lebih menggelitik gitu?

L : Yupz!

U : Tapi, dikelas kita kan ada pengurus, bagaimana kalau tersungging (tulisannya bener ngga?)?

D : Justru itu kesempatan bagus buat kita!

U : Maksud loe?

D : Lihat saja nanti! Ok, sekarang akau tahu apa yang harus aku lakukan.

L : Sanggup nggak? Tinggal hitungan jam lho..

D : Tenang, aku nggak sendirian, kan ada kalian. He…

Nah, jadilah saya putuskan tema diskusi kelas XI IPS 2 yang akan dilaksanakan pada (maaf, lupa tanggalnya), materi pelajaran bahasa Indonesia jam 4-5 adalah (jeng..jeng..jeng! Dung..dung prakk!2x! Zzzztttttt),

Kurang harmonisnya hubungan santri dengan pengurusdengan judul

“Santri vs Pengurus”

Dan, bagaiman kelanjutan kisah diskusi yang akhirnya dinobatkan sebagai diskusi kelas terbaik dan berhasil menguras air mata pengurus yang kebetulan duduk satu bangku dengan saya?

Penasaran? Ingin tahu kelanjutan ceritanya? Ok, jangan kemna-mana, ya!