Kalah

Angin, apa yang kamu tahu tentang kalah?

Kenapa? Apa kamu baru saja kalah? Aiihh.. Masih pagi begini sudah kalah!

Hm, ditanya malah balik nanya. Ditambah menjugde segala pula.

Ya.. Barangkali..

Jadi apa yang kamu tahu tentang kalah?

Eum.. Kalah.. Kalah.. Kalah.. Apa ya..?

Angin!!! Continue reading “Kalah”

Kebesaran Cinta

Hai.. Lama tak bersua. Apa kabarmu?

Baik, tapi.. kurang bersemangat.

Kenapa?

Entahlah.. Aku juga makhluk sepertimu, diliputi keadaan yang tidak sempurna.

Ah, kau ini. Oya, boleh kutanya sesuatu?

Boleh.

Seberapa besar rasa cintanya padamu?

Dia?

Yup

Eum..

Kamu.. bingung menjawabnya?

Heu.. Continue reading “Kebesaran Cinta”

Pengumuman Hasil Seleksi Tahap 1 Giveaway “Berbagi Ide untuk Pesantren”

Hadiah untuk Ide Terbaik
Hadiah untuk Ide Terbaik

Akhirnya, setelah melewati perhelatan panjang untuk menilai 20 ide dari 18 peserta yang masuk, saya bisa sedikit bernapas lega. Hatur nuhun, matur suwun, terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan untuk segenap peserta; atas kesabarannya menanti pengumuman GA 1 ini.

Tak lupa saya mohon maaf dari lubuk hati terdalam, molornya penilaian ini bukan sehari dua hari tapi sampai 1 minggu. Tentu bukan disengaja apalagi keinginan saya, namun semata karena banyaknya pertimbangan berkenaan dengan ide yang peserta tawarkan.

Beberapa indikator penilaian yang saya jodohkan dengan ide peserta diantaranya: ide melibatkan alumni, ide bisa diwariskan ke generasi penerus, ide belum pernah ada, ide sudah pernah ada, ide bersifat universal (untuk pesantren lain), ide melibatkan pengelola pesantren, ide mudah diwujudkan, ide sulit diwujudkan, ide butuh banyak biaya, ide butuh sedikit biaya, dll.

Indikator tersebut merupakan implementasi dari sistem penilaian yang telah ditetapkan, yakni:
– Kualitas Ide 50%
– Prediksi Realisasi Ide 50%

Berdasar penilaian tersebut, berikut ide yang berhak masuk ke tahap 2 serta hasil penilaiannya: Continue reading “Pengumuman Hasil Seleksi Tahap 1 Giveaway “Berbagi Ide untuk Pesantren””

First Birthday is My First Journey

Source: Here
Source: Here

Berkisah tentang first journey, sejatinya aku tak tahu kapan dimulai. Makna journey, petualangan, perjalanan, atau apa pun namanya, kerap kali merujuk pada ‘bepergian’. Mengunjungi suatu tempat yang belum pernah didatangi, mendapat pengalaman yang mengesankan di luar rumah, atau tertantang untuk menempuh kata ‘jauh’.

Semula aku pun berpikiran sama dengan Anda, terobsesi kata ‘jauh’. Journey identik dengan pengalaman menantang yang selalu memacu adrenalin untuk menaklukkan. Journey memang diksi yang pas untuk perjalanan mengalahkan jarak. Journey juga tepat untuk menggambarkan robohnya dinding ketakutan dalam petualangan.

Tapi bagiku, first journey is my first birthday; first birthday is my first journey. Ulang tahun pertama adalah petualangan pertamaku. Terdengar aneh? Bagaimana mungkin ulang tahun pertama justru menjadi pengalaman first journey?

Entahlah.
Aku hanya merasa betapa menakjubkannya dunia, ketika aku mendapat ucapan ‘selamat ulang tahun’ kali pertama. Menakjubkan karena pada usia perdana itulah, aku belajar menginjak tanah. Continue reading “First Birthday is My First Journey”

Sepasang Sepatu Usang

“Hiks..hiks..” sesudut suara lirih terdengar perih. Celingak-celinguk kepalaku mencari sumbernya. Aha! Itu dia. “Kita tidak berguna lagi” berat bibirnya perlahan berucap.

Lekuk wajahnya persis jemuran yang belum disetrika; muram. Seakan hembusan napas yang tersisa hanyalah sia-sia; suram. Derasnya air langit menjadikan mendung tak berpindah dari atas kepalanya, sama derasnya dengan air dari sebalik kelopak mata yang menyedihkan itu; kelam. Rona pipinya seketika menghilang bersama duka yang tak tahu jalan pulang; geram.

“Si.. siapa bilang kalian tidak berguna lagi?” aku tak yakin itu pernyataan atau pertanyaan.

Mereka bak pinang dibelah dua. Sepasang jumlahnya. Terongok menggigil di tepi tumpukan sampah. Terciprat kecipak hujan yang belum menyatu dengan tanah. Kusut, belel, penuh bekas jahitan di sekujur tubuhnya. Muka bawahnya agak menyembul keluar. Tempelan debunya sekira dua senti, menyusup ke pori-pori. Wajahnya sayu, kerutan pipi membuat kedua paras itu tak lagi ayu.

“Tuan kami.. Tuan kami..” jawab yang kanan terputus-putus. Meski keduanya benar-benar kembar, tampaknya si kanan ini agak lebih bersih dari yang kiri. Continue reading “Sepasang Sepatu Usang”