Celoteh – Page 5 – Ruang Sederhana

Getar Hati

Lho, ka-mu? Kirain hari ini sudah terbang,

Dipending besok,

Why?

Entahlah.. Aku hanya merasa ingin menunda sehari.

Apa yang akan kau lakukan dalam sehari?

Tidak ada. Hanya ingin meyakinkan sekali lagi kalau..

Kalau..?

Kalau getaran hati ini memang ada, Continue reading “Getar Hati”

Diary Manusia

Aku minta maaf, Angin….

Maaf?

Malam ini semua diary manusia mencapai halaman terakhir. Aku ingin menutupnya dengan hati yang damai. Semoga Angin sudi memaafkan kelakuanku yang kurang berkenan  padamu selama ini.

Diary?

Kau tidak tahu?

Tidak, diary apa yang kau maksud?

Diary yang berisi semua catatan perbuatan manusia selama satu tahun terakhir. Esok manusia akan mulai mengisi lembaran baru, di buku baru, dengan perbuatan baru.

Apa hubungannya dengan hati yang damai? Continue reading “Diary Manusia”

(Ir)Rasional

Aku sangat ingin berpikir rasional, Angin. Bahkan selalu bertekad untuk rasional. Tanpa bermaksud menyepelekan hal yang irrasional, tapi.. Aku ingin meyakinkan diri sendiri bahwa, kehadirannya pun rasional!

Soal apa lagi ini?

Entahlah, Angin.. Aku tidak yakin.

Slow down, honey. Apa yang irrasional dan rasional?

Dia, honey! Diaaaa!!! Hiks.. Hiks..

Huhf.. Tidak adakah topik yang lebih ceria?
Baiklah. Kenapa, kenapa, honey? Dia kenapa?

Dia ada dimana-mana. Di semua tempat yang dulu pernah kami singgahi, lengkap dengan reka ulang adegan perjumpaan. Di sepanjang jalan yang dulu pernah kami lalui, semua mobil berubah jadi mobilnya. Di setiap tetes hujan yang turun, ada suara dan senyumnya. Bahkan saat aku berjalan, duduk di bis kota, menatap langit, hingga makan, tidur, atau sekadar membaca buku, selalu ada bayang dan sapaannya. Apa aku gila, Angin? Continue reading “(Ir)Rasional”

Hujan Beku

Gerimisnya makin lebat. Kasihan kepalamu.

(menadah, terpejam)

Huhf.. Bahkan sekarang tidak bisa kubedakan, mana air matamu, mana air mata langit. Ayo, nak.. Jangan menyiksa diri.

(menikmati tiap tetes-Nya)

Kenapa diam? Tubuhmu bisa demam kalau kamu tidak beranjak.

(menarik napas lebih dalam)

Iya, aku tahu. Aku paham. Sangat paham.. Kalau Hujan adalah makhluk yang selalu kamu rindukan. Hujan yang membuatmu hangat dan tersenyum bersama pelangi. Hujan yang juga menyematkan pesan cinta dalam tiap tetesnya. Hujan yang, akhirnya menjadi satu-satunya kenangan.. Antara kau dan dia. Iya, aku paham..

Paham..sekali. Tapi ijinkanku mengingatkanmu kalau, hujan hari ini tidak akan pernah sama dengan hujanmu dulu. Bahkan mungkin dia tidak akan pernah hadir lagi jika ia tahu tiap tetesnya hanya membuatmu semakin terluka.

(mengeluarkan napas perlahan, sembari tersenyum) Continue reading “Hujan Beku”

Hanya Ingin Terpejam

Adakah yang tertinggal, Angin?

Yang tertinggal? Tanda mata pandamu itu.

Apa yang masih belum tuntas? Kenapa mata ini masih belum bisa terpejam barang semenit, padahal hatiku sudah menyelesaikan semuanya?

Haruskah kuselidiki?

Tidak. Aku hanya ingin terpejam dengan nyaman. Aku hanya ingin bisa tidur dengannyenyak. Kamu tidak perlu menyelediki apa-apa lagi. Toh, memang tak ada yang ingin kulakukan lagi saat ini selain, berhenti membasahi pipi dan bisa terpejam.

Tidurlah di pangkuan ibumu, honey. Meski kamu tidak kuasa bercerita sepenuhnya, cukuplah pejamkan matamu dengan nyaman.

Benarkah? Continue reading “Hanya Ingin Terpejam”

Jujur

jujur
Inspiring Wall by Damae, edisi 6 Juni 2014

Hai, Angin! Sehat?

Ahai.. Hallo, sista! o’rait.. It’s great! You?

Excellent!

Wuaa.. Roman-romannya lagi bahagia ini. Ada kisah apa, honey?

“Ketika tidak bisa jujur pada dirimu sendiri, maka sakitlah jawabannya”, masih ingat itu, Angin? Continue reading “Jujur”