Aku Memulainya Kembali – Ruang Sederhana

Aku Memulainya Kembali

Masih ingat postingan ini? http://damai_wardani.malhikdua.com/2009/07/07/kaku/                         

Bagi                          Anda yang belum membacanya, semoga sempat untuk membuka coretan saya yang terposting dua tahun                         lalu.

Mengapa? Karena dorongan energi tulisan diatas yang telah mengantar saya kembali memainkan jari-jari lentik ini diatas keyboard lepi, setelah beberapa bulan terakhir saya vakum dari menulis dan membaca.

Sungguh hal yang berada diluar jangkauan si komputer raksasa di kepala saya. Semula saya berangan bisa mengabadikan semua hal yang saya lihat, saya dengar, saya rasa, dan tentunya saya alami sendiri dalam petualangan seru yang saya lakoni selama kurang lebih tiga bulan, lewat tulisan di blog sederhana ini. Terhitung mulai dari beranjaknya kedua kaki mungil ini dari bumi Al Hikmah tercinta, Juni lalu.

Namun jemari seolah keukeuh untuk diam. Ribuan kali saya coba tuk mulai menulisnya, mengurai semua kisah yang sudah tak sabar untuk diungkapkan, memenuhi panggilan jiwa sebagai pemenuhan kebutuhan rohani (bagi saya), juga mengabulkan permintaan teman-teman yang pernah bertatap, berkenalan, hingga berteman di sepanjang perjalanan untuk turut menyaksikan bahwa nama mereka diabadikan dalam kisah yang saya tulis, tetap saja kesepuluh jari lentik yang lebih identik dengan sindiran ‘jari kekurangan gizi’ ini diam membisu.

Hampir setiap saat saya bertanya, ‘kenapa bisa begini?’. Apa yang terjadi pada diri saya sendiri pun nyata tidak saya ketahui. Sempat saya berpikir, barangkali ini imbas dari kejenuhan saya dirumah. Selepas landas dari pesantren seolah shock dengan santainya segala hal yang saya lakukan. Meski waktu itu saya dipusingkan dengan seleksi masuk PTN dan pengeditan masal semua tulisan yang saya miliki guna Launching Buku Malhikdua pada hari ke-12 Ramadhan kemarin, tetap saja saya kehilangan jadwal padat yang biasa saya lakoni di pesantren. ‘Heran, semasa di pondok tak punya sedikit pun waktu untuk diri sendiri, bahkan waktu tidur paling lama hanya tiga jam dalam sehari semalam. Tapi anehnya tulisan tetap eksis dan jemari tak pernah mau diam untuk menari. Sekarang punya waktu lebih banyak malah seolah otak berhenti bekerja. Syaraf-syaraf si bola jenius seperti terputus. Kenapa? KENAPA???’

Sejenak melupakan pertanyaan itu, kalimat tanya berubah menjadi ‘bagaimana cara saya memulainya kembali?’. Ya, sekarang alasan itu menjadi sangat tidak penting. Bahkan rasanya tak perlu saya pikirkan lagi. Hal yang terpenting sekarang adalah bagaimana memulainya. Memulai menggerakkan jemari, membebaskannya menari sesuka hati. Membiarkannya menulis apa saja yang dia inginkan. Bercerita tentang hidup dan kehidupan yang banyak kali menyesakkan dada, memaksa menyeka air mata, bahkan meremukkan hati bila kelapangan mulai berkurang.

Terbukti. Postingan ini pun kembali menduduki deretan arsip bulan September perdana. Mewarnai blog yang belum lama ini baru berulang tahun ke-3. Sebisa mungkin saya tidak bergeming dengan kegaduhan suasana asrama baru yang sekarang saya tempati untuk melanjutkan sejarah prestasi yang pernah saya toreh. Tak kan saya biarkan jemari ini terangkat dari tombol-tombol huruf abjad dan angka yang tertata rapi. Tak kan saya biarkan ide ini berhenti mengalir sementara ribuan bahkan jutaan kalimat masih tertumpuk di kepala.

Benar apa kata dosen Writing Academy yang baru kemarin sore saya dikenal beliau. Tulisan akan macet ditengah karena imajinasi otak kita yang menghakimi bahwa tulisan itu akan macet. Menilik itu, bisa dikatakan bahwa tulisan itu tidak akan berhenti jika kita membebaskannya, memberi kesempatan seluas-luasnya agar                          terurai dan tertuang sesuai apa yang kita pikirkan.

Kini saya mengerti bahwa segala cara akan muncul dengan sendirinya ketika saya berani MEMULAINYA.

Leave a Reply

One Reply to “Aku Memulainya Kembali”

  1. saya baru bisa comment kalau tulisan ini benar2 memulai. jadi saya tunggu tulisan ke 2, 3, 4, dst..

    eh. ini jg comment ya :)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *