œCerita tentang Jogja: Indonesia, Ada Apa Dengan Si Kaya & Miskin?

src=http://begawanariyanta.files.wordpress.com/2013/01/bigbanner-giveaway_ctj.png?w=640Kira-kira mentari dua penggal naik, belum tepat pukul 10 pagi. Saya dan Lubil masih memacu adrenalin untuk pasang mata dan telinga, menelisik setiap gang dan jalan raya Malioboro. Ya, kini giliran Malioboro yang diobok-obok oleh ketiga kelompok SOP ini. Jika melirik lagi list hunting tourist, Malioboro menjadi tempat terakhir yang mendapat porsi dua hari.

Hunting tourist, menurut foreigners, sedikit terdengar aneh. Makna yang ditangkap mereka bukanlah mencari turis untuk diajak conversation, melainkan ‘berburu turis untuk ditembak’. Sempat tertawa geli mendengar penuturan kesalahpahaman mereka. Namun tawa itu berubah menjadi haru lantaran kesabaran mereka memahami speaking anak-anak macam saya ini, demi bisa menyelaraskan komunikasi dengan mereka.

œIf you know more about English, you can speak English, it means that you can know all about world. Because English is International Language demikian tutur salah seorang turis asal Amerika. Mereka tampak bangga karena bahasa mereka di pelajari oleh seluruh penjuru dunia.

Setelah lama berkeliling, bahkan salah masuk gang ke area losmen yang tak seharusnya saya masuki, saya dan Lubil berhasil menggaet seorang cowok tinggi keren. Dengan ransel yang tingginya hampir sama dengan saya waktu itu, agaknya ia backpacker ulung yang sengaja berpetualang ke negeri ini. Sepatu sport dan kacamata hitam serta celana pendek selutut yang dipadukan dengan kaos abu bertuliskan ‘England’ menambah aura ‘cool’ yang menyihir dua bola mata ini mendekatinya. Dia baru saja turun dari travel di seberang jalan tempat saya berdiri. Menguntungkan, sepertinya. Tapi lebih tepatnya menantang, karena saya harus siap speak-speak bahasa Inggris dalam rangka tugas SOP.

Hello.. morning boy!

Assalamualaikum, ya.ukhti!

Hei! Are you moeslim?

Yes, Iam Moeslim

Alhamdulillah, Waalaikum salam. I am glad to meet you

Yes, you are my sister because every moeslim as like as family, right?

You are right. By the way, what is your name?

I am Sajid Malik. The full name is Muhamad Sajid Malik. And you?

You can call me Damai. In English is peace. Do you know peace?

Ah yes. That is a beautiful name.

Thanks. So do you. Where did you come, brada?

I came from England. Yea I just arrived from Jakarta and now I will look for a hotel. Aha! I have a map, could you tell me where are we now?

Aha! We are here now (looking the map)

O Can you help me to look for the hotel?

Ok. How much the payment do you want?

40 rupiahs per one night. Is there?

I am not sure. Because may be that is cheapest here

But, we can try first, right

Yes, of course. Lets go! (while walking)

By the way, what are you doing here?

I am following School Outing Programme here. I have to practice my English to the foreigner, and today my schedule is in Malioboro area. And you?

Othats great. I am just travelling

Is this the first time for you to came to Indonesia?

Yes, this is the first time. Any way, your English is very good. How long you learning English?

Just two years. Yeah.. because now I am second grader of Senior High School. And how about you? Are you still student?

Oh Its good. I just graduated. So that I spend my holiday here.

Why you choose Indonesia to spent your holiday?

Because I love Indonesia, and Indonesia is the big moeslim country, right.

Setelah bincang-bincang cukup lama, diketahui Mr. Sajid ternyata seorang mualaf. Dia bertanya hal yang cukup membuat saya ingin nyungsepin kepala, karena tak tahu harus menjawab apa.

Di Indonesia berjuta-juta mobil pribadi sampai bikin macet Jakarta, tapi di tepi jalan banyak sekali perkampungan kumuh, rumah-rumah kardus, pengemis di tepi lampu merah, dan ribuan anak jalanan? Apakah yang membedakan si kaya dengan si miskin? Kenapa hal ini bisa terjadi?.

Saya mantuk-mantuk tanda paham akan pertanyaannya.  Dating yang harusnya menyenangkan ini berubah 180 haluan. Panik, kikuk,  atau apalah saya kemudian. Karena jujur saja, saya masih cupu untuk memahami persoalan tersebut. Konteksnya tak sekedar si miskin dan si kaya, tapi sudah menyangkut kehidupan bernegara, analisa sekilas waktu itu.

Beruntung waktu yang disediakan  untuk hunting bule menipis, tandanya saya harus segera berpisah. Sangat menyelamatkan muka, hehe Maklumlah, sebagai muslim saya tahu sendiri. Bisa saja saya memberi jawaban Si kaya itu belum dapat hidayah. Ehm.. Hidayah tu urusannya spirit, sedang si bule tu pasti butuh jawaban-jawaban empiris lagi logis. Atau secara tolol bisa dijawab Oo.. itu tergantung pribadinya masing-masing. Hihihi Emang Mister sedang pelajaran diskusi di kelas.

Yang menyusahkan karena dia mulaf. Bisa jadi masuknya dia sebagai muslim belum begitu bulat, masih cari-cari kebenaran. Kalau dengan orang muslim dia gagal menemukan jawaban, tak mustahil dia mencari ke agama lain. Naudzubillah.

œArtikel ini diikutsertakan dalam Giveaway Cerita tentang Jogja

Leave a Reply

2 Replies to “œCerita tentang Jogja: Indonesia, Ada Apa Dengan Si Kaya & Miskin?”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *