Sederhana

sederhana
Source: Here

Kapan kau punya waktu? Lama tidak masak bareng.

Tidak ada waktu. Cari saja pengangguran lain.

Hm. Manusia memang aneh. Sudah tahu hidup tidaklah lama, masih saja bersikap seolah akan hdup selamanya.

Justru karena hidup itu tidak lama, manusia harus bekerja sekuat tenaga agar bisa bahagia, agar hidup mereka tidak sia-sia.

Bahagia? Apa yang kau maksud dengan bahagia? Apa bekerja siang malam seperti ini kau sebut bahagia? Apa mengumpulkan kekayaan itu kau sebut bahagia?

Apa mengejar gelar setinggi langit itu disebut bahagia? Atau menjadi manusia paling populer itu bahagia?

Shut up! Setiap detik itu berharga buatku. Pergi saja karena aku tidak akan menjawab satu pun pertanyaanmu.

Hei. Sejak kau lahir sampai mati nanti, berapa detik yang kau nikmati untuk memanjakan diri? Berapa detik kau ceria bersama keluarga? Berapa detik kau benar-benar bahagia menghabiskan waktu bersama makhluk yang kau cinta? Dan, berapa detik kau ingat pada Penciptamu?

Tidak usah dijawab, karena aku pun tidak butuh jawabanmu. Cukup biarkan saja aku tetap bertanya.

Kenapa selama ini manusia terlalu berambisi mendapatkan segalanya? Meski dia tahu dari segalanya itu hanya satu yang benar-benar ia butuhkan. Kenapa juga manusia terlalu mengagungkan hidup, hingga berani melakukan segala cara yang katanya bisa membuat hidupnya lebih berharga. Padahal ia tahu bahwa semua cara itu justru membuat hidupnya sia-sia.

Pergi! Pergi! Aku tidak mau mendengarmu lagi, Angin!

Tanpa kau minta pun, aku memang akan pergi. Tapi mohon jangan pernah tutup telingamu untuk kata-kata terakhir ini.

Durasi hidup manusia sejatinya terlalu singkat untuk bersahabat, saling menyayangi, dan saling memaafkan. Hidup manusia juga terlalu cepat untuk menemukan hati yang tepat, hati yang bisa saling menyadari bahwa kebahagiaan hidup amatlah sederhana.

Leave a Reply

4 Replies to “Sederhana”

Leave a Reply to damai_wardani Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *