Saktinya Satu Kata

Demi masa                                                                      

Sesungguhnya manusia kerugian                                                                      

Melainkan                                                                      

Yang beriman dan beramal shaleh..

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    

Ingat lima perkara sebelum lima perkara

Sehat sebelum sakit

Muda sebelum tua

Kaya sebelum miskin

Lapang sebelum sempit

Hidup                                                                      sebelum                                                                      mati                                                                      

Siapa yang tidak pernah mendengar lagu ini? Liriknya yang sarat akan makna juga nadanya yang mampu membuat jiwa terenyuh bila dilantunkan. Lagu ( maaf saya lupa siapa penyanyinya) yang dipetik dari salah satu ayat Al-Qur                                                                      an dan Hadist riwayat Hakim ini mengingatkan saya akan satu kata. Sering kali tidak saya sadari bahwa saya sedang dipermainkan olehnya. Sebuah kata yang kan membuat kita menyesal bila disiakan. Tapi bisa membahagiakan bila cermat mengaturnya. Kata itu juga amat membahayakan setiap pemiliknya, karena akan dipertanggungjawabkan dihadapan Yang Kuasa. Dalam satu kata itu pula tersimpan uaraian panjang sejarah hidup manusia. Moment pahit, manis, menyenangkan juga mengenaskan. Semua bercampur jadi satu sebagai proses kehidupan. Ya, itulah waktu. Hanya satu kata. Waktu.

Wujudnya memang tak dapat tersentuh. Tapi keberadaanya dapat terukur dengan hitungan detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, windu, dasa, bahkan abad pun termasuk dalam kalkulasi waktu. Semua itu akan terasa ketika kita telah melewatinya. Bila salah memanfaatkan, akibat fatal mengancam masa depan. Sayang, sesal selalu datang belakangan.

Sepekan terkhir ini saya sedang dipusingkan oleh satu kata itu. Kesana-kemari selalu dibuntuti. Andaikan saya bisa menyentuhnya, pasti sudah tersenyum simpul padanya dan meminta untuk tidak lagi megnejar-ngejar saya.

Wahai, Waktu                                                                      ! Apa yang harus kulakukan untuk membuatmu bertekuk lutut dihadapanku?

Sayangnya, saya belum menemukan trik yang tepat untuk menaklukannya. Kesini menthok. Kesana bentrok. Kalau bingung, ya jongkok! (lho..kok?*). Mungkin memang benar, urusan kita lebih banyak dari pada waktu yang tersedia. Tapi saya yakin semua kegiatan bisa balance kalau kita cermat mengaturnya. Saya jadi heran dengan pemuda-pemudi, remaja-remaji (apa ada remaji?), generasa-generasi (wah, makin nglantur ni), yang masih bisa berhura-hura, bersantai ria, dan                                                                      tega membiarkan waktu luangnya terbuang sia-sia                                                                       Bukan kah telah dijelaskan dalam HR. At-Tirmidzi,

                                                                  Pada hari kiamat, kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser sebelum ia ditanyai: tentang umur, untukapa dihabiskan; tentang ilmu, untuk apa ia digunakan; tentang harta, dari mana ia peroleh dan untuk apa ia belanjakan; dan tentang badannya, untuk apa ia gunakan.                                                                      

Terkadang saya malu pada diri saya sendiri. Manusia yang katanya makhluk paling sempurna malah bisa dipermainkan seenaknya oleh waktu. Sayangnya, sedikit sekali orang yang menyadari hal ini. Kebanyakan dari mereka justru tertipu dengan dua nikmat yang tak dapat tergantikan oleh uang, yaitu nikmat sehat dan waktu luang ( HR. Bukhari).

Lalu, setelah kita menyadari hal itu, masihkah kita tega membuang waktu sia-sia?

Postingan terkait: klik disini

CategoriesUncategorized

Leave a Reply

15 Replies to “Saktinya Satu Kata”

  1. ketika sudah hilang aja kita baru nyadar….kalu kita sangat membutuhkanya.

    ya..itulah yang sering kita lakukan

  2. Ya Allah, jadikanlah awal hari kami kebajikan, pertengahannya keberhasilan, dan akhirnya adalah perolehan apa yang diharapkan. Jadikanlan awal hari kami, rahmat, pertengahannya nikmat, dan akhirnya anugerah kehormatan
    Ya Allah, hidarkanlah kami dari sifat senang menunda, penuhilah waktu kami dengan manfaat, dan jadikanlah hidup kami hidup yang bersinambung dan bertambah di dalamnya segala macam kebajikan. Ya Allah, aturlah urusan kami, limpahkanlah kemurahan-Mu pada kegiatan dan waktu-waktu yang kami lalui serta hujanilah kami kasih sayang dan pengampunan-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar.

    amin..amin…amin ya ALLAH….

  3. menengok ke belakang, mengingatkan pada puisi Chairil Anwar :

    Aku mau hidup seribu tahun lagi

    Betapa beliau masih merasa kurang akan perjuangan yang telah dilakukan.

    tapi dengan pemuda sekarang, seakan sudah cukup jasanya walau cuma sekedar membantu orang tua, atau menyeberangkan nenek di jalan.

    banyak pemuda-pemudi seperti itu : mati gaya, malas, enggan berkarya. mencaplok habis apa yang disodorkan, dari paham-paham feminismu, sekularisme, HAM, hingga…. facebook pun habis ditelan. cuma itu yg membuat mereka bangkit, ghiroh, dan secara berbondong-bondong pro-aktif berkelayapan di situs jejaring tersebut, sekadar untuk meng-up-date status yang lagi kangen, makan mie ayam, atau mungkin ke kamar mandi.

    Oh, pemuda sekarang… kemana mereka (kata cak nun dalam puisinya)

    Kemana anak-anak itu…
    Kemana anak – anak kita itu
    Anak – anak yang dilahirkan oleh seluruh bangsa ini
    dengan keringat, luka, darah dan kematian
    Anak – anak yang dilahirkan oleh sejarah
    dengan air mata tiga setengah abad

    Kemana anak – anak itu
    Siapa yang menyembunyikan mereka
    Siapa yang menculik mereka
    Siapa yang meracuni dan membuang mereka

    Anak – anak yang bernama kemerdekaan
    Anak – anak yang bernama hak makhluk
    dan harkat kemanusiaan
    Anak – anak yang bernama cinta kasih sesama
    Anak – anak yang bernama indahnya kesejahteraan
    Anak – anak yang bernama keterbukaan dan kelapangan

    Anak – anak itu tunggang langgang
    Anak – anak itu diserbu oleh rasa takut yang mencekam
    Anak – anak itu bertiarap ke bawah semak – semak zaman
    Anak – anak itu ngumpet dibalik kegelapan

    Kematian bukanlah tragedi
    kecuali jika kita curi dari Tuhan
    hak untuk menentukannya
    Nyawa badan
    Nyawa rohani
    Nyawa kesadaran
    Nyawa hak untuk tenteram
    Nyawa kewajiban untuk berbagi kesejahteraan
    Nyawa amanat untuk merawat keadilan
    Dihembuskan oleh Tuhan
    dielus – elus dan Ia sayang – sayang
    Bahkan nyawa setiap ekor coro
    Bahkan nyawa cacing yang menggeliat – geliat
    Ia jaga dalam tata kosmos keseimbangan-Nya
    Tuhan sangat bersungguh – sungguh dalam mengurusi
    setiap tetes embun yang Ia tampung di sehelai daun
    Tuhan menyayangi dengan separuh hati-Nya
    setiap titik debu yang menempati persemayaman-Nya

    Tapi kita iseng
    Kita tidak serius terhadap nilai
    Terhadap Allahpun kita bersikap setengah hati

    ***dari chairil anwar hingga Emha ainun Nadjib, selanjutnya aku menunggu karya sobatku pemilik blog ini ****

    Ya Allah… iya, ya. Betapa saya masih miskin karya. Ah..betapa….
    Tak dapat terungkp dengan kata..
    Terima kasih, Mas Nov.
    Mohon bimbingannya.

  4. kalau tiap hari bergelut dengan jadwal yang menyita wakatu, insya Alloh bakal menemukan sendiri ritme mengendarai sang waktu

    dengan kata lain,
    terbiasa dengan jadwal yang padat dan dengan sendirinya waktu bakal termanage dengan sendirinya.
    Dibanding yang terbiasa punya banyak waktu luang, tiba-tiba ditimpa jadwal yang luar biasa padat (bisa2 setres) :)

    Jadi,
    kalau selama ini masih pontang-panting memenuhi jadwal,
    anggap saja itu proses tubuh untuk membiasakan diri,
    kalau sudah terbiasa, nanti bakal tau dimana celahnya mengatur waktu…amiin.

  5. Good post                                                                       I                                                                      m always on the lookout for good blogs.

    Kebanyakan orang menyadari ketika mereka sudah melakukan tidakan ceroboh, kegagalan, atau apalah. Tapi apakah mereka patut kita salahkan. Bukan berarti pemuda-pemuda yang ‘membuang waktunya’ mereka tidak menggunakan waktunya untuk hal-hal positif, hal-hal yang tak berguna, dll. Bisa juga mereka lebih bijak dari kita.

    Aku hanya bisa berkata: Ah…, ada apa dengan pra pemuda bangsa ini?. termasuk Aku.

    Sekedar catatan: Ketika melihat susunan paragrafnya kok jadi kaya susunan daftar isi yah…!

  6. waktu memang akan terus bergerak sesuai dengan siklusnya, mbak damai. sekali berputar ndak akan bisa dihentikan atau dimundurkan. makanya orang jawa bilang, time is money, jiakaka …

  7. @anistok. iya koq gak lazim . kaya daftar pustaka.
    pasti ini ngetik dulu di ms word terus dipaste ke sini

    @novi dan anistok
    Alhamdulillah, ada yang perhatian.
    Sebenernya begini, waktu saya nulis ini tu pikiran lagi kalut and…
    Dan memang semenjak saya punya tanggungan baru, saya hampir nggak pernah buka blog lagi. Itu pun postingan sudah lama diketik nyelani waktu, dan karena waktu juga saya sampai lupa mengedit. Sebenarnya ceritanya panjang lebar, tapi tak usah lah dipaparkan disini.
    Yang jelas, saya juga kaget waktu buka lagi kok susunan paragraf acak2an. Begitu ceritanya.
    Ya..untuk sementara ini saya rela mengorbankan blog saya demi kepentingan umum yang lebih penting dari blog ini. Dalam hati saya sebenarnya…pilu juga…
    Tapi, apalah daya? tangan saya hanya dua, jemari tangan hanya sepuluh, meski ide bertumpuk di otak, tapi…belum kesampaian. Lah, wong postingan aja sampai lupa nda di edit dulu…
    So, mohon maklumi keteledoran saya ini.

  8. may, q juga tau,,,,,,
    low di dengarin secara seksama dan dalam pikiran yang sadar dan tempo yang sesingkat2y, ih,,,,,,,,,,,,,
    jadi ngerasa gimana gitu deh.

  9. @damae
    kamu gak sendiri koq. ku juga lama gak update blog kecuali berisi sesuatu yg ga ada mutunya buat dibaca. sekedar biar gak terlihat mangkrak gitu

    ya masalahnya mungkin sama…

    its no problem

    paling tidak…betapa terlihat siapa yang peduli dirimu? sobat2 bloggermu sejagad! )

  10. sebenarnya sangat simpel… hari ini lebih baik daripada kemarin… hari esok harus lebih baik dari hari ini… tetapi melaksanakannya itu sangat berat…

  11. Assalamu’alaikum,
    Karena itu jangan sia-siakan waktu, manfaatkanlah segera :
    1. Waktu muda sebelum datangnya tua
    2. Waktu sehat sebelum datang sakit
    3. Waktu kaya sebelum datangnya miskin
    4. Waktu luang sebelum datangnya sempit
    5. Waktu hidup sebelum datangnya mati
    (Dewi Yana)

Leave a Reply to anistok Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *