Silent Blogger for Silent Reader

Berbulan-bulan memvakumkan diri dari dumay perbloggeran, membuat otak semakin keju. Bagi saya, relaksasi paling nyaman untuk sekedar mengendurkan syaraf atau bahkan menghapus stress, hanyalah blog. So, jauh di dasar otak saya ini menyimpan penat yang teramat menggumpal dan menonjok-nonjok ingin dikeluarkan. Persis seperti bayi yang sudah masanya lahir, tapi masih belum “pembukaan”. Meski saya belum pernah melahirkan, tapi berdasar cerita ibu saat hendak melahirkan saya, begitulah kira-kira. Teramat menyakitkan.

Dan, hari ini saya senang bisa bercumbu dengan blog ini lagi. Agak berdebu dan usang, memang. Tapi tak menampik antusias otak dan hati ini untuk kembali menyemai blog yang sudah 5 tahun menampung celoteh-celoteh saya.

Lima tahun? Yup.

Terbilang masih amat imut dan lucu, ibarat bayi perempuan. Masih enak dicium dan digendong. Masih sering merengek dan manja di pangkuan ibu. Bahkan, ada yang masih suka ngompol saat tidur malam. But, overall, saya tetap memperlakukan blog ini sebagaimana sahabat saya sendiri. Kadang sebaya, kadang lebih dewasa, dan ada moment-moment tertentu ketika saya melihatnya manja.

Hanya saja, sampai saat ini saya masih belum menemukan passion blog saya ini. Saya belum bisa konsisten dalam konten, tema, desain, dan segala hal ikhwal blogging yang semestinya didapat blog saya.

Sekali waktu saya rajin, moody, dan fresh, bisa intens mengelola semua kanal dan menjawab setiap comment. Sering pula mengkhususkan waktu untuk blogwalking, sekedar menyapa para blogger di berbagai penjuru dan meninggalkan jejak di setiap karya mereka. Tapi kalau sedang tertimbun jadwal yang amburadul, beuuuhh.. Jangan ditanya. Bisa berbulan-bulan saya absen dari Dashboard. Meski, ada beberapa kesempatan demikian itu justru menjadikan radar sastra saya ON. Hasilnya, kerapkali berupa puisi. Seperti sebulan terakhir kemarin, hampir tiap hari saya post satu sampai tiga puisi.

Nah, hal yang saya renungi kemudian, blogger macam apakah saya ini?

——-

Secara umum, definisi seorang blogger atau pemilik blog saya ambil dari pedoman dasar tentang 5W+1H BLOGGER. Apa itu 5W+1H? Ini adalah unsur wajib dalam sebuah informasi. Unsur wajib sekaligus pedoman paling dasar bagi para pencari dan pemberi informasi. Ialah What (apa), Who (siapa), When (kapan), Where (dimana), Why (mengapa), dan How (bagaimana).

Untuk menjawab apa (blogger itu), siapa (blogger itu), kapan (blogger mulai ada), dimana (blogger beraksi), mengapa (blogger ada), dan bagaimana (blogger beraksi), saya merangkum tulisan blogger senior, Enda Nasution dari enda.goblogmedia.com.

What & Who?

Blog adalah kependekan dari Weblog, istilah yang pertama kali digunakan oleh Jorn Barger pada bulan Desember 1997. Jorn Barger menggunakan istilah Weblog untuk menyebut kelompok website pribadi yang selalu diupdate secara kontinyu dan berisi link-link ke website lain yang mereka anggap menarik disertai dengan komentar-komentar mereka sendiri.

Blog kemudian berkembang mencari bentuk sesuai dengan kemauan para pembuatnya atau para Blogger. Perkembanganya, Blog bahkan tidak lagi memuat link-link tapi hanya berupa tulisan tentang apa yang seorang Blogger pikirkan, rasakan, hingga apa yang dia lakukan sehari-hari. Blog kemudian juga menjadi Diary Online yang berada di Internet. Satu-satunya hal yang membedakan Blog dari Diary atau Jurnal yang biasa kita miliki adalah bahwa Blog dibuat untuk dibaca orang lain. Para Blogger dengan sengaja mendesain Blog-nya dan isinya untuk dinikmati orang lain.

When & Where?

Blog pertama kemungkinan besar adalah halaman What’s New pada browser Mosaic yang dibuat oleh Marc Andersen pada tahun 1993. Kalau kita masih ingat, Mosaic adalah browser pertama sebelum adanya Internet Explorer bahkan sebelum Nestcape.

How?

Amy Jo Kim seorang konsultan dan pengarang buku “Community Building on the Web: Secret Strategies for Succesful Online Communities”, menulis bahwa diperlukan beberapa syarat dasar khusus untuk menjadi seorang Blogger, yaitu kemampuan untuk mengekspresikan diri, keinginan untuk berkomunikasi dengan orang banyak dan minat pribadi pada “keterusterangan”.

Blogger menurut sifat dasarnya bukanlah reporter, mereka berperan sebagai editor dalam Blognya masing-masing dan dalam sebuah dunia dengan budaya media yang telah jenuh, Blog menjadi suara-suara alternatif yang menyuarakan bunyi independen dalam setiap ulasannya. Blog bukanlah obat mujarab untuk budaya yang telah jenuh dengan media, tapi mudah-mudahan Blog adalah salah satu peredanya, tulis Rabecca Blood.

Why?

Blog memiliki suara spesifik dan kepribadian. Blog karenanya adalah kepanjangan interaktif dari pembuatnya. Apakah Blog memang suara murni media baru seperti yang diramalkan? Atau hanya sekedar trend digital? Dan akan bertahan lamakah Blog-Blog di Internet? Tentu saja ini jawaban yang perlu dijawab oleh para Blogger sendiri. Banyak orang saat ini memiliki idealisme terhadap Blog sebagai sebuah konsep desentralisasi informasi yang mengembalikan berita kembali di tangan para penggunanya dan tidak dimonopoli lagi oleh korporasi besar atau perusahaan media.

Dengan demikian, Blogger adalah pemilik blog yang mengelola blognya dengan seganap jiwa, pikiran, dan perasaan pribadi. Tentu hal ini berlaku untuk blog yang dikelola perorangan, bukan kelompok (lebih dari seorang).

(Pembahasan ini juga pernah diurai disini)

————-

Sementara terkait karakteristik atau macam-macam blogger, saya belum menemukan ukuran bakunya. Meski ada beberapa julukan yang sering terdengar, seperti The Truly Blogger, Blogger Adsance, Blogger Abal-abal, Blogger Pemula, dll.

Hanya saja, saya pernah memikirkan sebuah permisalan untuk penilaian level kehormatan seorang blogger.

Misal, penilaian kualitas blog 50%. Aktivitas blogwalking (dilihat dari sebaran komentar seorang blogger di blog lain) 30%. Aktivitas di sosmed (berinteraksi dengan blogger lain & kawan lain dalam rangka promo blog) 10%. Aktivitas di dunia offline (aplikasi blogger untuk kegiatan di dunia nyata), 10%.

Kualitas blog, menjadi acuan utama karena dari sanalah bisa terbaca kualitas pemiliknya. Blogwalking, juga mengambil peran penting. Ada yang bilang kalau punya blog tapi tidak bewe (blogwalking), ibarat makan sambal tanpa cabe. Aktivitas sosmed juga menjadi salah satu tolak ukur, karena disana ranah dumay berpijak. Disana pula interaksi intensif sesama blogger dalam hal ikhwal perbloggeran. Mulai promo blog, update postingan, tukar komentar, hingga ajang silaturahmi untuk koplar (kopi laring; pertemuan di dunia maya). Terakhir, aktivitas di dunia offline, jelas menjadi bahan pertimbangan juga.

———-

Keresahan yang muncul kemudian, sejatinya saya tipikal orang yang agak susah memenuhi point 2 dan 3. Simple alasannya, saya dominan silent. Jadi, bukan berarti saya tidak pernah blogwalking, bukan. Justru saya hampir tiap hari blogwalking, tapi jarang sekali meninggalkan jejak. Maka jarang ada kunjungan balik ke blog saya, akibatnya blog saya sepi komentar. Meski bagi saya, lebih baik sepi dari pada ramai tapi dipenuhi komentar basi (baca: komentar tak bermutu atau sekedar meninggalkan jejak tanpa membaca postingan).

Saya juga salah satu orang yang paling jarang update status di sosmed. So, bisa dibilang interaksi saya sangat kurang dibanding blogger-blogger lain di sosmed.

Anehnya, dibalik silent itu saya sering mendapat sapaan dari orang-orang yang terbilang tidak saya kenal. Tak hanya sekedar menyapa, mereka juga kerap menanyakan absensi saya jika dalam 3 hari tidak ada postingan baru di blog. Rupanya, diam-diam mereka membaca, mengkhayati, dan mengagumi apa yang tertuang di blog ini. Hingga diam-diam pula, mereka menjadi pembaca setia yang barangkali pula tidak pernah saya ketahui.

Tak perlu saya sebut siapa dan berapa jumlahnya. Satu hal yang pasti, ada rasa haru yang mampu mengembangkan senyum. Ada seberkas kedamaian yang membahagiakan. Dan, ada setitik keberhasilan yang terasa nikmat diam-diam.

Begitulah, kawan. Sebuah “diam-diam” yang hingga detik ini masih saya pertanyakan. Seperti yang telah tersebut di awal, blogger macam apakah saya ini? Adakah Silent Blogger for Silent Reader?

Leave a Reply

One Reply to “Silent Blogger for Silent Reader”

  1. Sepertinya aku malah hampir ga pernah merenungi, blogger macam apakah aku ini? Dari awal bikin blog ya hanya untuk menuliskan apa yg ingin aku tulis, sambil menjalin pertemanan..tdk ngoyo dan tdk pasang target, misalnya tiap hari atau 3 hari sekali harus posting. Takut itu malah jadi beban, dan bertolak belakang dengan tujuan ngeblog. Tujuannya khan buat “bersenang-senang”…hehe, salam dari bandung ya mbak…

Leave a Reply to Anton Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *