The Liebster Award: Salam Damai

Mohon maaf, dua kata itulah yang langsung terbesit di benak saya saat membuka jajaran file di notebook. Teruntuk mak Tian Lustiana; yang menjabat erat tangan saya lewat program The Liebster Award bertajuk “Dariku Untukmu”.

Mohon maaf lantaran selang seminggu dari pemberian Liebster Award itu, saya baru bisa mengerjakan pe-ernya. Tidak disengaja lho, mak, suer. Bahkan saya simpen tugas ini di kening, *lebay. Tapi bukan manusia namanya kalau tidak pernah lupa, dan saya manusia, mak, *ngeles. Continue reading “The Liebster Award: Salam Damai”

Kalah

Angin, apa yang kamu tahu tentang kalah?

Kenapa? Apa kamu baru saja kalah? Aiihh.. Masih pagi begini sudah kalah!

Hm, ditanya malah balik nanya. Ditambah menjugde segala pula.

Ya.. Barangkali..

Jadi apa yang kamu tahu tentang kalah?

Eum.. Kalah.. Kalah.. Kalah.. Apa ya..?

Angin!!! Continue reading “Kalah”

Kebesaran Cinta

Hai.. Lama tak bersua. Apa kabarmu?

Baik, tapi.. kurang bersemangat.

Kenapa?

Entahlah.. Aku juga makhluk sepertimu, diliputi keadaan yang tidak sempurna.

Ah, kau ini. Oya, boleh kutanya sesuatu?

Boleh.

Seberapa besar rasa cintanya padamu?

Dia?

Yup

Eum..

Kamu.. bingung menjawabnya?

Heu.. Continue reading “Kebesaran Cinta”

Sepasang Sepatu Usang

“Hiks..hiks..” sesudut suara lirih terdengar perih. Celingak-celinguk kepalaku mencari sumbernya. Aha! Itu dia. “Kita tidak berguna lagi” berat bibirnya perlahan berucap.

Lekuk wajahnya persis jemuran yang belum disetrika; muram. Seakan hembusan napas yang tersisa hanyalah sia-sia; suram. Derasnya air langit menjadikan mendung tak berpindah dari atas kepalanya, sama derasnya dengan air dari sebalik kelopak mata yang menyedihkan itu; kelam. Rona pipinya seketika menghilang bersama duka yang tak tahu jalan pulang; geram.

“Si.. siapa bilang kalian tidak berguna lagi?” aku tak yakin itu pernyataan atau pertanyaan.

Mereka bak pinang dibelah dua. Sepasang jumlahnya. Terongok menggigil di tepi tumpukan sampah. Terciprat kecipak hujan yang belum menyatu dengan tanah. Kusut, belel, penuh bekas jahitan di sekujur tubuhnya. Muka bawahnya agak menyembul keluar. Tempelan debunya sekira dua senti, menyusup ke pori-pori. Wajahnya sayu, kerutan pipi membuat kedua paras itu tak lagi ayu.

“Tuan kami.. Tuan kami..” jawab yang kanan terputus-putus. Meski keduanya benar-benar kembar, tampaknya si kanan ini agak lebih bersih dari yang kiri. Continue reading “Sepasang Sepatu Usang”

Jam 8 Pagi

Jam 8 pagi, jalanan sudah disetrika oleh ratusan bahkan ribuan kendaraan menuju gedung-gedung bertingkat; sekolah, segala perkantoran, pabrik, hotel, mall, restoran, dan gudang uang (bank). Andai saja ia bisa bicara, bukan, yang benar andai saja manusia mengerti bahasa jalan, mungkin takkan tahan dengan segala umpatan.

“Kulitku baru dua hari luluran sudah kasar begini, pipiku robek di tengah, badanku menggigil kebanjiran, make up-ku luntur kena tabrakan, cat kuku cantikku belum kering pun sudah diludahi, dikencingi, ditimpuki sampah sana sini.”

Untungnya manusia tidak mengerti bahasa jalan. Yang ia tahu hanyalah semacet apa pun, banjir setinggi apa pun, rusak separah apa pun, jalan tetap tak mengeluh untuk dilindas setiap saat. Demi mengais lembaran merah-biru untuk cacing perut yang menari tiap pagi, siang, dan malam hari.

Jam 8 pagi, manusia di terminal sibuk menawarkan semua jenis kendaraan; ojeg, becak, angkot, bajaj, bis ecek-ecek, bis mini, bis eksekutif, dan taxi; semua saling berebut dengan jaminan pelayanan terbaik (yang sudah digadaikan). Continue reading “Jam 8 Pagi”

Segulung Kertas

Segulung KertasAaarghh.. Pegal, pegal pegal! *kretek-kretek*

Hei, darimana saja kamu? Tumben jam 10 malam baru pulang.

Besok saja introgasinya. Ngantuk. Capek.

Aishh.. Aku menunggumu sedari senja belum tiba. Sampai hari hampir berganti aku masih di sini, dan sekarang kamu menyuruhku pergi begitu saja?

Iya. Kenapa? Sudah sana pulang, pulang, pulang! Siapa suruh Angin nunggu aku.

Tch.. Benar-benar ini anak. Minta di..

Apa? Minta di-apa?

Tunggu-tunggu. Apa itu? Gulungan kertas apa itu?

Oh, ini? Kamu mau? Nih, ambil!

Penganugerahan.. Ckckckck.. Wuaaaaw!!! Continue reading “Segulung Kertas”