Mohon maaf, dua kata itulah yang langsung terbesit di benak saya saat membuka jajaran file di notebook. Teruntuk mak Tian Lustiana; yang menjabat erat tangan saya lewat program The Liebster Award bertajuk “Dariku Untukmu”.
Mohon maaf lantaran selang seminggu dari pemberian Liebster Award itu, saya baru bisa mengerjakan pe-ernya. Tidak disengaja lho, mak, suer. Bahkan saya simpen tugas ini di kening, *lebay. Tapi bukan manusia namanya kalau tidak pernah lupa, dan saya manusia, mak, *ngeles. Continue reading “The Liebster Award: Salam Damai”