Angka 18 di belakang angka 2, terus bertambah. Sudah kucoba memejam mata, tapi gema takbir dari segala arah membuatku tetap terjaga. Fix. Aku bangkit.
Allohu Akbar.. Allohu Akbar.. Allohu Akbar. Laailaaha Illalloh Huallo Huakbar.. Allohu Akbar Walilla Hilham..
Merdu sekali. Alunannya merasuk nadi, menggetarkan hati. Meski nada satu masjid dengan lainnya tidak sama, semua penjuru tetap mencuri perhatianku.
Esok, 4 jam dari sekarang, insyaAllah aku akan kembali merasakan hikmatnya sujud solat Ied. Solat yang, sekaligus menjadi tanda dimulainya Hari Raya Qurban.
Tahukah kau apa yang mengganjal di pikiranku hingga memaksa jemari menulisnya?
Bapak.
Iya. Aku teringat bapak. Continue reading “Bapak dan Idul Adha”