Bapak dan Idul Adha

Angka 18 di belakang angka 2, terus bertambah. Sudah kucoba memejam mata, tapi gema takbir dari segala arah membuatku tetap terjaga. Fix. Aku bangkit.

Allohu Akbar.. Allohu Akbar.. Allohu Akbar. Laailaaha Illalloh Huallo Huakbar.. Allohu Akbar Walilla Hilham..

Merdu sekali. Alunannya merasuk nadi, menggetarkan hati. Meski nada satu masjid dengan lainnya tidak sama, semua penjuru tetap mencuri perhatianku.

Esok, 4 jam dari sekarang, insyaAllah aku akan kembali merasakan hikmatnya sujud solat Ied. Solat yang, sekaligus menjadi tanda dimulainya Hari Raya Qurban.

Tahukah kau apa yang mengganjal di pikiranku hingga memaksa jemari menulisnya?

Bapak.
Iya. Aku teringat bapak. Continue reading “Bapak dan Idul Adha”

The Balinese Harmony #2

Jangan dikira aku seperti petualang yang mencangklong ransel setinggi kepala. Jangan sebut aku backpacker yang tahan berjalan puluhan kilometer. Apalagi pelancong bertubuh gempal bak jagoan yang kuat menangkis musuh, sama sekali bukan. Aku juga bukan bagian dari manusia macho yang justru terlihat keren saat menikmati bahaya.

Agaknya, aku hanya memiliki sepersekian koma sekian keberanian dari hasrat penasaran. Hasrat yang terkandung dalam mimpi konyol seorang gadis ringkih penyakitan. Ada pula yang bilang nekat, bahkan gila. Keduanya tak lain menjelma dari ‘haus perjalanan’.

Kali ini, aliran haus itu sampai ke tepian pantai: Kuta, Uluwatu, Bluepoint, Pandhawa, Nusa Dua, hingga Tanjung Benoa. Semua terkisah senja bersama The Balinese Harmony on damai.malhikdua.com. Continue reading “The Balinese Harmony #2”

Hampa Maya

Angin, benarkah aku seorang pengecut? Seorang yang membakar lumbung padi demi mencari tikus.  Seorang yang berjalan dengan mata kuda. Seorang yang.. egois dengan fantasi, tapi terlalu gegabah untuk melangkah di laring dunia.

Ah, tak mungkin kau tak paham, Angin. Ini tentang apa yang antariksa sebut sebagai “media sosial”. Benar. Tentang kenekatanku untuk menutup semua akun di istana maya itu, juga tentang segala persepsi di kepala para penghuninya. Continue reading “Hampa Maya”

Celoteh “Klik”

Langitnya cantik. Seperti biasa, atap kosan selalu menyenangkan untuk berceloteh. Sembari melambai pada sang senja, mataku hampir tak berkedip beberapa menit -memerhati guratan awan. Ah, ya, Angin juga sudah mencumbu pipiku. Sayang dia langsung terbang mengantar kawanan burung kecil yang kian sedikit barisnya.

Hari ini, entah harinya yang buruk atau hatiku yang tidak baik, aku mengalami beberapa kekonyolan. Menurut aliran positivisme (yang belakangan ini gencar dikaji mahasiswa tingkat akhir), tidak ada akibat kalau tidak bersebab. Artinya, kekonyolan ini tidak akan terjadi kalau aku tidak melakukan kesalahan.

Dengan kata lain, ada apa denganku? Continue reading “Celoteh “Klik””

Celoteh Mimpi

Biarlah orang bilang aku manusia pengkhayal. Pemimpi ulung yang terlalu lebay. Tapi selagi tak ada Undang-Undang Mimpi, Pajak Khayal, dan Peraturan Ke-lebay-an; aku ingin menuliskan beberapa keinginan.

Biarlah aku tak bisa memilih lahir dari dinasti ber-uang. Setidaknya aku berhak memutuskan untuk menjadi siapa, ingin apa, dan bagaimana mewujudkannya. Dan, jika aku menjadi ‘seseorang’ suatu hari nanti, keinginan inilah yang memerisai. Continue reading “Celoteh Mimpi”

The Balinese Harmony #1

Antara Was-Was dan Surprize

Ketika terikhlaskan untuk batal, Tuhan justru berkehendak mewujudkan awal perjalanan. Sedikit bimbang: apakah ini ilusi dari mimpi yang terpendam 3 tahun? Atau benar bahwa adakalanya perjalanan sesuai rencana? Entahlah. Ini baru mula. Jelas belum ada konklusi yang menjelma.

Meski tetap saja, antara bahagia dan tidak percaya, di tengahnya ada segumpal keraguan. Ragu yang berujung “jangan-jangan”. Jangan-jangan.. Sekali lagi, Tuhan sedang menguji. Continue reading “The Balinese Harmony #1”