Puisi – Page 10 – Ruang Sederhana

Kertas Merah dan Putih

Sudah 5 malam mataku terjaga

Mengurai tanya yang tak kunjung dijawab Tuhan

Gulana membahana

Batin ini, batin ini sungguh tersiksa

 

Tapi 5 menit lalu Tuhan memberi setitik cahaya untuk mataku

Tanpa banyak berkata

Tuhan tinggalkan dua lembar kertas di tepi jendela kamar

Dia berpesan, Tuliskan semua dukamu di kertas merah, dan semua bahagiamu di kertas putih

 

Aku turuti itu

 

Tak lama setelahnya kulihat goresan penaku di kertas merah, berkurang

Kian lama kian hilang

Sedang kertas putih, penaku bergoyang sendiri mengisi sisa baris yang baru satu kupenuhi

 

Aku berbisik pada Tuhan,

Mengapa bisa begitu, Tuhan?

 

Dengan sesungging senyum Tuhan membalas,

Hambaku, semua kesedihanmu ada bersamaku

 

Aku bertanya lagi,

Lalu mengapa ada dua kertas ini?

 

Kata Tuhan,

Kertas putih untuk menghitung semua karunia yang Ku-berikan padamu, sedang yang merah untuk membiarkan semua kesedihanmu pergi.

 

Rindu Hujan

Ijinkan aku rindu hujan

Yang membelai peluh hati dengan lembutnya

Yang menyemikan kerontang hati dengan dekapnya

Ijinkan kurindu hujan

Yang setia mendengar celoteh sebelum bulan tenggelam

Yang selalu bersabar menepuk pundak kala kubungkam

Ijinkan kurindukan hujan

Yang menyeka air mata tanpa diminta

Yang menjerat nestapa agar kubahagia

Yang mengerti, ketika akal ini tak mampu memahami

Ya, aku benar-benar rindu hujan

Sang pembalut luka

Pelindung, Penyaman, dan Penerang jalan

Hujan, pemberi senyuman

Tapi yang paling kurindu dari hujan

Ialah pelangi dibalik mentari

Adakah Engkau?

Silahkan

baiklah
silahkan saja kalau mau pergi
silahkan kalau mau menjauh
silahkan kalau manutup hati
silahkan…
tapi biarkan aku tetap disini
untukmu,

Sudut Mana Lagi?

Sudut mana lagi yang harus kupertanyakan?

Dengan pertanyaan sama, setiap pertanyaannya

 

Sudut mana lagi yang harus kuperjelas?

Dengan penjelasan sama, setiap penjelasannya

 

Sudut mana lagi yang harus kuungkap?

Dengan ungkapan sama, setiap pengungkapannya

 

Sudut mana lagi?

Jawablah!

Sudut mana lagi?

Perisai

Perisai itu, kembali mengembara

Melukis angin yang kian rapat membungkus rahasia

Diam

Dalam diam

Ia bicara

 

Perisai itu, lagi, berkelana

Mengejar pelangi dalam kemarau musim

Peluh

Lusuh

Ia tak berdaya

 

Perisai itu, lagi-lagi, mengayun tapak

Meraba wangi syurga di atas mawar berembun

Gusar

Sesekali ia jatuh, tapi kembali tegar

Begitu

Dan akan terus berulang hingga bumi berhenti berputar

 

PUISI

Akhirnya bisa mendengarkan lagu ini lagi. Salah satu lagu kesukaan sejak masih berseragam merah-putih, :)     Saya abadikan disini syairnya biar tak perlu searching lagi. Untuk Anda yang suka juga, selamat membaca.

Puisi

by Jikustik

Aku yang pernah engkau kuatkan

Aku yang pernah kau bangkitkan

Aku yang pernah kau beri rasa

Saatku terjaga

Hingga kuterlelap nanti

Selama itu aku akan selalu

Mengingatmu

Kapan lagi kutulis untukmu

Tulisan-tulisan indahku yang dulu

Pernah warnai dunia

Puisi terindahku hanya untukmu

Mungkinkah kau akan kembali lagi

Menemaniku menulis lagi

Kita arungi bersama

Puisi terindahku hanya untukmu

Suara Hati Seorang Kekasih

Tak mengapa jika kau murung, aku tetap akan tersenyum

Tak masalah jika kau marah, karena senyumku tetap merekah

Tak peduli kau emosi, aku tetap tegar menghadapi

Bahkan silahkan saja kau membisu, pintu hatiku takkan pernah tertutup untukmu

 

Kasih, hanya namamu dihatiku

Jiwa dan raga takkan berdusta, Kau pasti tahu itu

Namun terkadang cinta terusik benci sesaat

Yang tak terobati meski seribu musim terlewat

Tak perlu kau perjelas

Tak perlu lagi kau pertegas

Banting pintu itu sudah cukup menjadi bukti bisu

Seakan hatimu benar dirajai emosi

 

Terima kasih untuk keindahan hari ini, kasih

Keindahan yang terlampau berharga tuk disudahi

Hingga amarahmu pun, tak memudarkan senyumku menyambut kepulanganmu

Ke hatiku